Sebarkan Ajaran Islam di Tanah Besemah, Sastra Tutur Lisan Masuk Abad 17 Masehi
Foto: Dok/Pagaralampos.com IBADAH: Masjid Agung Pagaralam, salahsatu masjid terbesar di Pagaralam yang selalu menggelar salat lima waktu berjemaah. Foto diabadikan pada 2015.--
Kendati, Bastari menduga, tadut pertamakali digunakan orang-orang Besemah sendiri.
Yang jelas, Bastari menyatakan, dengan menggunakan tadut, ajaran Islam mudah diterima masyarakat Besemah di zaman itu.
BACA JUGA:Lantak! Begini Cara Memilih Rambut Pendek yang Cocok Dengan Bentuk Wajah
Rismala (40), seorang warga di Dusun Gunung Agung Lama Kelurahan Agung Lawangan Kecamatan Dempo Utara membenarkan pernyataan Mady.
Kata dia, tadut, memang digunakan sebagai metode untuk menyebarkan ajaran Islam seperti rukun iman, rukun islam, sifat 20 dan lainnya.
“Tujuannya supaya cepat hafal,”ujar Rismala, ketika ditemui di kediamannya tahun lalu.
BACA JUGA:6 Masjid di Sumsel Yang Wajib Dikunjungi Saat Ramadhan
Abdul Hamid (88), seorang warga Dusun Jambat Akar mengaku, saat masih kecil, sering mendengar orang tua menuturkan tadut untuk belajar Islam.
“Hampir tiap malam. Bergiliran di rumah warga,”tutur Hamid, saat ditemui pada 2017 lalu.
Saat itu, Hamid sendiri masih berumur sekira 12 tahun, karenanya ia hanya banyak mendengarkan saja.
BACA JUGA:Terkuak! Kerajaan Majapahit Tak Mampu Taklukan Kerajaan Kecil
Tadut juga dipakai Puyang Awak dalam menyebaran ajaran Islam kepada masyarakat Besemah.
Tuan Guru Fekri Juliansyah, seorang pemerhati budaya dan sejarah Besemah mengatakan, Puyang Awak berdakwah dengan menggunakan beragam pendekatan.
Pendekatan budaya misalnya dicontohkan Fekri, dengan menggunakan seni sastra tutur seperti ta'dut, guritan bahkan jampi atau ucap.
“Mpu Hyang Awak menghargai dan menghormati kearifan lokal yang sudah ada di Besemah,”ucapnya dalam sebuah kesempatan wawancara April 2020 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: