Sebarkan Ajaran Islam di Tanah Besemah, Sastra Tutur Lisan Masuk Abad 17 Masehi
Foto: Dok/Pagaralampos.com IBADAH: Masjid Agung Pagaralam, salahsatu masjid terbesar di Pagaralam yang selalu menggelar salat lima waktu berjemaah. Foto diabadikan pada 2015.--
“Dengan menggunakan tadut, ajaran Islam mudah diterima,”tutur Mady.
Bila tak menggunakan tadut, Mady tak yakin ajaran Islam tidak bisa dengan mudah diterima di masyarakat Besemah.
BACA JUGA:Mengejutkan! Ini Asal-Usul Suku Besemah Pagaralam
Diawali para pedagang Arab, tadut kemudian dipakai masyarakat Besemah. Bertadut, kata Mady biasanya dilakukan ketika ada musibah kematian.
Di rumah duka, masyarakat berkumpul untuk bertadut. Syair-syair yang sarat ajaran Islam dilantunkan.
Ahmad Bastari Suan, seorang pencinta kebudayaan Besemah memperkirakan, tadut mulai digunakan antara abad 17 sampai 18 Masehi.
Senada dengan Mady, Bastari menyebut, tadut merupakan cara para ulama zaman itu untuk menyebarkan Islam ke tengah masyarakat Besemah.
BACA JUGA:Mengejutkan! Ternyata Dialah Sosok Yang Dimakamkan di Kawah Gunung Sumbing
“Kalau di Jawa, ada wali yang menggunakan wayang, maka di Besemah digunakanlah tadut,”ucap Bastari, ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
Namun Bastari tak bisa memastikan siapa yang pertamakali menggunakan tadut. Kata dia, belum ada yang melakukan penelitian ke arah sana.
Kendati, Bastari menduga, tadut pertamakali digunakan orang-orang Besemah sendiri.
Yang jelas, Bastari menyatakan, dengan menggunakan tadut, ajaran Islam mudah diterima masyarakat Besemah di zaman itu.
Rismala (40), seorang warga di Dusun Gunung Agung Lama Kelurahan Agung Lawangan Kecamatan Dempo Utara membenarkan pernyataan Mady.
Kata dia, tadut, memang digunakan sebagai metode untuk menyebarkan ajaran Islam seperti rukun iman, rukun islam, sifat 20 dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: