Sebarkan Ajaran Islam di Tanah Besemah, Sastra Tutur Lisan Masuk Abad 17 Masehi
Foto: Dok/Pagaralampos.com IBADAH: Masjid Agung Pagaralam, salahsatu masjid terbesar di Pagaralam yang selalu menggelar salat lima waktu berjemaah. Foto diabadikan pada 2015.--
PAGARALAMPOS. COM - Ta’dut, Perintah Sholat Lima Waktu Dalam Syair, Seni sastra tutur lisan berperan besar dalam penyebaran ajaran Islam di Tanah Besemah termasuk di Pagaralam.
Lewat tadut, ajaran Islam mudah diterima sekaligus dijalankan masyarakat, salah satu tadut yang sering didengar yakni:
MALAM ini malam jemahat kah masuk malam Sabtu
Perintah Nabi Muhammad ngajung semayang lime waktu
Malam ini malam Sabtu kah masuk malam Ahad
Semayang lime waktu jangan benagh berbuat jahat………
BACA JUGA:Jejak Kerajaan Islam di Pulau Jawa: Pilar Peradaban dan Warisan Budaya Nusantara
Itulah beberapa contoh syair tadut, yang sebenarnya masih ada sambungannya. Begitu membaca syair ini, otak langsung memberikan respon.
Ada pesan-pesan bagi umat Islam, misalnya untuk melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari satu malam.
“Syair-syair tadut memang kental dengan ajaran Islam,”ujar Pemerhati Budaya Besemah Asmadi.
Tadut, menurut Mady-sapaan Asmadi berasal dari Bahasa Arab tahadut yang berarti menghafal berulang-ulang.
BACA JUGA:Bikin Merinding! Ini Makam di Puncak Gunung Salak, No 3 Penguasa Laut Selatan?
Tadut kata dia, pertamakali dibawakan para pedagang Arab untuk menyebarkan ajaran Islam di Tanah Besemah.
Rukun Islam dan rukun iman misalnya dicontohkannya, dijadikan syair-syair berirama dengan Bahasa Besemah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: