BBM Naik, Tak Pengaruhi Petani Harga Sayur

BBM Naik, Tak Pengaruhi Petani Harga Sayur

PAGARALAM POS, Pagaralam - Soal gejolak kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) yang terus mengalami kenaikan bahkan susah didapat saat ini, tidak mempengaruhi harga jual sayur mayur saat ini. “Pengiriman Sayur ke luar kota Pagaralam masih berjalan seperti biasa, meski harga BBM naik,” hal itu disampaikan salah seorang Agen Sayur Pagaralam, Sarina, Rabu (13/7).

Terkait kenaikan harga BBM, kalaupun ada kenaikan harga BBM pastinya yang ada pengaruhnya itu pada ongkos kirim barang keluar Kota Pagaralam. “Yang rata-rata pengepul mengirimkan barang keluar menggunakan jasa sewa truk dengan biaya ongkos Rp250,- per kilogram. Sementara muatan satu truk tersebut bisa mencapai 10-15 ton,” terangnya.

Hal tersebut juga diungkapkan Pani, yang juga merupakan agen sayur atau pengepul sayur Pagaralam. Menurutnya, kenaikan harga sayur mayur tidak ada kaitannya dengan harga BBM. Karena untuk di Pagaralam sudah sangat biasa. Salahsatu penyebab naik turunnya harga sayuran tersebut bergantung dengan produktifitas sayuran itu sendiri.

Namun sekarang, tambah dia, petani di Kota Pagaralam lagi memasuki musim panen kopi, sehingga wajar jika sayuran agak berkurang, karena sebagian petani sibuk mengurus kebun kopi, dan inilah sebabnya kenapa harga sayuran pun ikut naik. “Itu dapat dilihat dari truk-truk pengangkut sayur yang berangkat, biasanya seharinya bisa 10 truk hingga lebih yang berangkat, namun sekarang kadang tinggal 6-7 truk saja,” kata dia.

Akan tetapi, menurut dia jumlah tersebut masih tergolong stabil untuk kategori produksi sayur mayur di Kota Pagaralam, yang dikenal sebagai daerah sentra sayur-mayur di Sumsel. Terkait kenaikan ongkos kirim keluar kota akibat kenaikan BBM, dikatakan Wan sebenarnya sebelumnya pun pernah mengalami hal tersebut, akan tetapi tidak terlalu memberatkan para pengepul karena masih tergolong wajar.

“Lebih ke toleransi saja. Biasanya meski pun ongkos sudah ditetapkan namun tetap saja kita bayar lebih kepada supir truk, yang biasanya untuk uang makan ataupun semacamnya, sehingga dari 250 rupiah per kilogram (ongkos) ada yang bayar dari 350-500 rupiah per kilogram,” terangnya.

Mengenai adanya wacana pemerintah akan memberlakukan Mypertamina dalam mendapatkan BBM, baik Sarina maupun Wan sepakat kalau wacana tersebut akan lebih menyusahkan. Karena tidak semua juga pengguna kendaraan yang memiliki gadget. Atau kalaupun ada, hanya bisa untuk dioperasikan sebagai alat komunikasi saja.

“Dan semoga hal ini tidak mempengaruhi sayuran di Pagaralam, baik itu di tingkat petani maupun di tingkat agen  serta pengepul,” tandasnya. (RI03/CE2/CE-V)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: