Menyingkap Gunung Tidar: Antara Legenda Pusat Pulau Jawa dan Simbol Kebanggaan Taruna Akademi Militer
Menyingkap Gunung Tidar: Antara Legenda Pusat Pulau Jawa dan Simbol Kebanggaan Taruna Akademi Militer-Foto: net -
BACA JUGA:Sejarah Suku Moronene: Warisan Leluhur yang Bertahan di Tengah Arus Modernisasi!
BACA JUGA:Kerak Telor. Makanan Betawi Paling Terkenal Kesukaan Bangsawan Belanda? Ini Sejarahnya!
Untuk meneguhkan keberadaannya, datanglah seorang ulama Persia bernama Syekh Subakir yang membawa tombak pusaka bernama Kyai Sepanjang.
Tombak tersebut ditancapkan di puncak Gunung Tidar sebagai simbol pasak penyeimbang tanah Jawa. Selama tombak itu tetap berada di tempatnya, diyakini Pulau Jawa akan terhindar dari bencana besar.
Syekh Subakir disebut diutus untuk menyebarkan Islam dan sekaligus menetralisir kekuatan mistis yang menguasai pulau.
Dalam kisah spiritual, ia bertemu dengan Eyang Semar, tokoh mitologi lokal. Keduanya sempat beradu kekuatan, namun kemudian berdamai setelah Syekh Subakir menyampaikan bahwa Islam datang bukan untuk menggantikan budaya lokal, melainkan menyempurnakannya.
Kesepakatan inilah yang menjadi tonggak harmonisasi antara ajaran agama dan tradisi adat.
BACA JUGA:Sejarah Suku Baduy: Penjaga Tradisi Leluhur di Tengah Arus Modernisasi!
BACA JUGA:Sejarah Suku Osing: Menelusuri Jejak Budaya Leluhur di Ujung Timur Jawa!
Gunung Tidar sebagai Tujuan Ziarah dan Pusat Pendidikan Militer
Saat ini, Gunung Tidar bukan hanya dikenal karena nilai spiritual dan legenda yang melekat, tetapi juga karena fungsinya sebagai tempat ziarah dan pendidikan. Banyak peziarah datang untuk mengunjungi makam-makam tokoh keramat, termasuk makam Syekh Subakir.
Di kaki gunung ini berdiri lembaga pendidikan militer terkemuka: Akademi Militer (Akmil) Magelang. Lembah Tidar menjadi tempat pembinaan dan pelatihan para calon pemimpin militer Indonesia.
Tradisi Taruna Akmil: Pendakian dan Pesta Air
Bagi taruna tingkat akhir, mendaki Gunung Tidar menjadi bagian dari rangkaian tradisi sebelum dilantik sebagai perwira remaja. Prosesi ini dimulai dari Lapangan Marga, kemudian dilanjutkan dengan pendakian yang biasanya dipimpin langsung oleh Gubernur Akmil.
Kegiatan ini melambangkan perpisahan simbolis dengan masyarakat Magelang sekaligus penghormatan terhadap nilai-nilai sejarah dan spiritual dari tempat mereka dibentuk.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
