Pemkot PGA

Siklus Haid 45 Hari, Apakah Masih Normal? Ini Penjelasan Lengkap Tentang Penyebabnya!

Siklus Haid 45 Hari, Apakah Masih Normal? Ini Penjelasan Lengkap Tentang Penyebabnya!

Siklus Haid 45 Hari, Apakah Masih Normal? Ini Penjelasan Lengkap Tentang Penyebabnya!-net: foto-

PAGARALAMPOS.COM - Siklus haid merupakan salah satu indikator penting dalam kesehatan reproduksi perempuan.

Umumnya, panjang siklus menstruasi berada di kisaran 21 hingga 35 hari. Namun, beberapa perempuan mendapati bahwa siklusnya berlangsung lebih panjang, misalnya hingga 40 atau bahkan 45 hari.

Hal ini sering menimbulkan pertanyaan: apakah siklus haid 45 hari masih tergolong normal atau menandakan adanya kondisi tertentu yang perlu diperhatikan?

Pada dasarnya, siklus haid yang lebih panjang memang bisa terjadi pada beberapa perempuan, terutama pada mereka yang baru mulai menstruasi (remaja) atau sedang mendekati menopause.

BACA JUGA:Mengenal 7 Khasiat Jujube untuk Kesehatan Tubuh

Pada dua fase ini, tubuh sedang mengalami perubahan hormon yang cukup aktif sehingga siklus menjadi tidak teratur.

Dalam kasus tersebut, siklus yang lebih panjang, termasuk 45 hari, masih dapat dianggap wajar selama tidak disertai keluhan yang mengganggu. Meski begitu, siklus haid 45 hari juga dapat dikaitkan dengan kondisi tertentu.

Salah satu penyebab yang cukup umum adalah ketidakseimbangan hormon, terutama hormon estrogen dan progesteron yang mengatur proses ovulasi.

Ketika ovulasi tidak terjadi secara teratur, siklus pun dapat memanjang beberapa hari.

Selain perubahan hormon, faktor stres, kelelahan, kurang tidur, hingga penurunan atau peningkatan berat badan secara drastis juga dapat mempengaruhi durasi siklus haid.

BACA JUGA:Mimisan Gejalah, Penyebab Dan Pengobatannya yang Masih Banyak yang Tidak Tahu!

Beberapa kondisi medis juga bisa menyebabkan siklus haid menjadi lebih panjang. Salah satunya adalah Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS).

Pada perempuan yang mengalami PCOS, tubuh memproduksi hormon androgen lebih banyak dari kadar normal.

Hal ini dapat menghambat proses pematangan sel telur, sehingga ovulasi terjadi lebih jarang atau tidak terjadi sama sekali.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: