PAGARALAMPOS.COM - Di tengah derasnya arus modernisasi, Indonesia masih menyimpan banyak kelompok adat yang teguh mempertahankan jati dirinya.
Salah satu yang paling menarik perhatian adalah Suku Kajang Hitam—sebuah komunitas adat yang hidup di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Mereka dikenal luas karena keteguhannya menolak teknologi modern dan tetap mempertahankan nilai-nilai leluhur secara konsisten.
Pilihan hidup ini membuat mereka tampak berbeda, tetapi sekaligus memperkaya keragaman budaya nusantara.
Mengenal Kawasan Ammatoa Kajang
BACA JUGA:Menguak Sejarah Makam Sultan Baabullah, Penguasa Ternate yang Disegani!
Suku Kajang Hitam tinggal di kawasan yang disebut Tana Toa, atau lebih dikenal sebagai kawasan Ammatoa Kajang.
Masyarakatnya hidup dalam aturan adat yang sangat ketat, dipimpin oleh seorang pemimpin adat bergelar Ammatoa.
Ia dianggap sebagai sosok suci yang menjadi penjaga nilai-nilai leluhur (Pasang ri Kajang)—kumpulan aturan adat yang diwariskan turun-temurun tanpa tertulis.
Pasang ri Kajang menjadi dasar kehidupan masyarakat Kajang Hitam. Segala aktivitas sehari-hari, mulai dari cara berpakaian, bertani, hingga berinteraksi dengan alam, diatur oleh aturan ini.
Masyarakat percaya bahwa kehidupan akan selalu selaras selama mereka mematuhi pasang dan menjaga hubungan harmonis dengan alam.
Alasan Menolak Teknologi Modern
BACA JUGA:Menelusuri Makam Sultan Agung di Imogiri, Warisan Mataram yang Sarat Nilai Sejarah!
Salah satu keunikan terbesar Suku Kajang Hitam ialah penolakan mereka terhadap teknologi modern.
Bagi mereka, penggunaan benda-benda seperti kendaraan, listrik, telepon genggam, atau peralatan elektronik dianggap dapat merusak keseimbangan hidup sederhana dan mengganggu harmoni alam.