Menyikapi Sejarah Gereja Katedral: Simbol Iman dan Arsitektur Megah di Jantung Jakarta!

Senin 19-05-2025,18:30 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Di tengah hiruk pikuk metropolitan Jakarta, berdiri megah sebuah bangunan bersejarah yang tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan.

Tetapi juga simbol dari keberagaman budaya dan arsitektur Indonesia Gereja Katedral Jakarta.

Bangunan ini bukan sekadar tempat ibadah bagi umat Katolik, melainkan juga saksi bisu perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia.

Awal Mula Pendirian

BACA JUGA:Menguak Museum Mandala Wangsit Siliwangi: Menyusuri Jejak Sejarah TNI di Tanah Pasundan!

Pada tahun 1890, gereja tersebut mengalami kerusakan parah akibat kebakaran.

Kebutuhan akan gereja baru pun mendesak. Maka, dimulailah pembangunan gereja yang kita kenal sekarang pada tahun 1891.

Proyek ini dipimpin oleh Pastor Antonius Dijkmans, seorang imam dan arsitek asal Belanda.

Ia merancang bangunan ini dengan gaya arsitektur neo-gotik, sebuah gaya yang populer di Eropa pada abad pertengahan dan identik dengan bentuk runcing, jendela tinggi, serta ornamen yang kaya akan simbolisme.

Penyelesaian dan Peresmian

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gedung Dwi Warna: Simbol Warisan Kolonial dan Nasionalisme!

Setelah melalui proses pembangunan yang cukup panjang, Gereja Katedral Jakarta akhirnya selesai dan diberkati pada tanggal 21 April 1901 oleh Uskup Katolik pertama untuk Hindia Belanda, yaitu Mgr. Edmundus Luypen, SJ.

Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan Gereja Katolik di Indonesia, khususnya di wilayah Batavia.

Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas sekitar 2.400 meter persegi. Tiga menara utama yang menjulang tinggi menjadi ciri khas gereja ini, masing-masing diberi nama: Menara Daud, Menara Gading, dan Menara Angelus Dei.

Di dalamnya, terdapat altar utama yang megah, patung-patung kudus, dan kaca patri yang menggambarkan kisah-kisah Alkitab, semuanya menciptakan suasana sakral yang mendalam.

Kategori :