PAGARALAMPOS.COM -Di tengah wilayah subur Kabupaten Pesawaran, Lampung, berdiri sebuah peninggalan sejarah yang nyaris terlupakan: Benteng Belanda Tangkil.
Dibangun pada masa kolonial, benteng ini menjadi saksi bisu dari ambisi penjajahan, perlawanan rakyat, dan dinamika kekuasaan di wilayah selatan Pulau Sumatra.
Benteng Tangkil tidak setenar benteng-benteng besar seperti Fort Rotterdam di Makassar atau Fort Marlborough di Bengkulu.
Namun, jejak sejarahnya menyimpan cerita penting tentang bagaimana kolonialisme Belanda menancapkan pengaruhnya di tanah Lampung, serta bagaimana masyarakat lokal menanggapi kehadiran kekuatan asing tersebut.
BACA JUGA:Dari Penjara ke Istana Kisah Nelson Mandela yang Mengguncang Dunia
Asal Usul dan Fungsi Awal
Benteng Tangkil dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar abad ke-18 hingga awal abad ke-19.
Letaknya yang strategis di daerah pesisir dekat Teluk Lampung menjadikan wilayah ini sangat penting secara militer maupun ekonomi.
Posisi geografis Tangkil memungkinkan Belanda memantau pergerakan kapal dari dan menuju wilayah pedalaman Sumatra serta mengamankan jalur perdagangan lada dan hasil bumi lainnya yang berasal dari Lampung.
Fungsi utama benteng ini bukan hanya sebagai pangkalan militer, tetapi juga sebagai pusat administrasi dan pengawasan terhadap masyarakat lokal.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Benteng Klingker: Jejak Pertahanan Masa Kolonial di Tanah Jawa!
Belanda menggunakannya sebagai tempat menampung pasukan, menyimpan logistik, dan bahkan menahan tokoh-tokoh lokal yang dianggap memberontak terhadap kekuasaan kolonial.
Arsitektur dan Struktur Pertahanan
Meskipun tidak sebesar benteng kolonial di kota-kota besar, Benteng Tangkil dirancang dengan sistem pertahanan yang memadai untuk menghadapi potensi serangan dari luar.
Bangunannya didirikan menggunakan campuran batu bata, batu alam, dan kapur, dengan desain yang mencerminkan ciri khas arsitektur militer Belanda.