Tradisi Perkawinan dan Upacara Adat Suku Rejang: Menelusuri Warisan Budaya di Provinsi Bengkulu

Senin 15-07-2024,15:28 WIB
Reporter : Jukik
Editor : Almi

Salah satu aspek penting dari peradaban mereka adalah sistem pemerintahan adat yang terstruktur. 

Masyarakat Suku Rejang dipimpin oleh lima orang Tuwi Kutei, yang merupakan kepala kutai yang dipilih berdasarkan garis keturunan petulai (kesatuan kekeluargaan masyarakat). 

Kutei adalah masyarakat hukum adat asli yang terdiri dari 10-15 keluarga atau rumah. 

Sistem petulai ini menunjukkan bahwa Suku Rejang memiliki hukum adat yang dihormati dan diikuti oleh seluruh masyarakatnya.

BACA JUGA:Mengenal Kehidupan Suku Laut, Berbulan-bulan Hidup di Perahu!

Suku Rejang juga dikenal memiliki aksara kaganga (Ka-Ga-Nga), salah satu khazanah budaya Indonesia yang tertua di dunia. 

Aksara ini digunakan sebagai alat komunikasi dan bertukar informasi, mencerminkan kemajuan peradaban mereka. 

Bahasa Rejang yang digunakan sehari-hari memiliki tiga dialek, yaitu Dialek Rejang Kepahiang, Dialek Rejang Curup, dan Dialek Rejang Lebong. 

Bahasa ini termasuk dalam kategori Melayu Proto, yang menambah kekayaan bahasa dan budaya Suku Rejang.

BACA JUGA:Mengenal 7 Kepuyangan Suku Komering, Dahulunya Mendiami Aliran Sungai

Rumah tradisional Suku Rejang, yang disebut Umeak Potong Jang, memiliki ciri khas bubungan melintang dengan atap yang menghadap ke depan dan belakang. 

Rumah ini merupakan simbol budaya dan identitas Suku Rejang yang memiliki makna mendalam.

Pakaian Adat Suku Rejang

Pakaian adat Suku Rejang, khususnya dari Kabupaten Rejang Lebong, mencerminkan kekayaan budaya mereka. 

BACA JUGA:Misteri Sacsayhuamán, Jejak Astronomi Kuno Suku Inca yang Mengejutkan di Pegunungan Andes

Pada acara pernikahan, mempelai wanita mengenakan baju bertabur kain sulam benang emas serta sandal berwarna hitam. 

Kategori :