BACA JUGA:Wisata Air Terjun Munduk Tawarkan Pesona Alam Bali yang Indah dan Memukau
Kriting memarahi aku dan Marwal habis-habisan lantaran lengah dalam menjaga barang berharga miliknya.
“Kita kejar sekarang?” tukas Marwal.
“Lapor ke polisi saja,” usulku.
“Katanya tertantang untuk menguak fakta air terjun yang tidak aman, ternyata beraninya hanya melapor polisi. Punya uang berapa kamu Tang?”
BACA JUGA:Wisata Air Terjun Munduk Tawarkan Pesona Alam Bali yang Indah dan Memukau
Mulutku belum sempat mengeluarkan suara untuk menjawab omelan Marwal, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh menimpa semak tidak jauh dari tempat kami berdiri.
Perhatian kami segera terbetot ke sana.
Kriting menyeret tanganku untuk mengejar suara itu. Terdengar semak gemeretak gaduh seperti ada binatang yang sedang berlari. Kami pun berlari mengejar.
Langkah kakiku sempat terpleset di tanah becek menanjak penuh semak belukar. Untung Kriting cekatan menggapai tanganku.
Marwal berjalan paling depan merunduk-runduk melewati perdu berduri.
“Berhenti dulu Wal. Masih adakah suara gaduh itu? Ke mana larinya?” Kriting menarik kaus Marwal. Kami berhenti, mencari suara gaduh semak belukar yang terinjak kaki berlari tadi.
“Ada jejak telapak kaki manusia di sini. Dia jatuh di sini tadi. Sepertinya orangnya kecil, telapak kakinya kecil.” Marwal bergumam.
“Ikuti jejak langkahnya,” aku memberi aba-aba.
BACA JUGA:Menikmati Keindahan Air Terjun Madakaripura yang Menyimpan Penuh Misteri