Marwal kembali melangkah meny usuri semak belukar.
Jejak kaki ini mengikuti jalan tikus yang dikelilingi tumbuhan perdu dengan atap dedaunan rimbun.
Tidak berapa lama kemudian kami sampai di jalan setapak dengan pepohonan menjulang di kanan-kirinya.
Langkah kami semakin cepat. Namun sayang tiba-tiba kami kehilangan jejak.
BACA JUGA:Mengungkap Misteri Tersembunyi Air Terjun Madakaripura yang Suguhkan Pesona IndahnyaSepertinya dia mengecoh kami dengan melewati rerumputan yang tidak meninggalkan jejak langkah.
Di zaman maju seperti ini rupanya masih ada wilayah yang tak terjamah manusia.
Desa Sono Kliwon memang terbilang jauh dari keramaian, selain karena jembatan satu-satunya akses menuju desa ini telah terputus beberapa tahun lalu dan masih luput dari perhatian pemerintah.
Kami berhenti untuk istirahat. Wajah Kriting semakin gelisah.
BACA JUGA:Misteri di Balik Pencabutan Gugatan, Apa Rahasia Bupati Sidoarjo Cabut Praperadilan?
Napas kami terengah-engah. Kurebahkan tubuhku di rerumputan, memandang langit yang berubah kelam.
Dan ingin aku tertawa melihat hidung Kriting yang kembang-kempis seolah tengah mengendus sesuatu.
“Ada bau sangit,” tukas Kriting dengan mata tajam mengedarkan pandangan ke berbagai sudut hutan.
“Lalu?” Marwal bertanya.
BACA JUGA:Drakor Becoming Witch, Genre Misteri yang Penuh Tanda Tanya dan Komedi Menggelitik
Aku tergeragap bangun. “Ada orang di sekitar sini. Ayo kita cari sumber bau sangit itu,” pintaku.
Kami kembali melangkah mengikuti jalan setapak.