Suku Asmat ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan masyarakat Asmat yang tinggal di wilayah pedalaman hutan.
Walaupun berasal dari suku yang sama, tapi Suku Asmat yang tinggal di daerah pesisir dan juga pedalaman sangat berbeda.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Membuka Sejarah Candi Prambanan, Teryata ada Kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang
Perbedaan mereka ada pada cara hidup sehari-hari, dialek bahasa yang dipakai, ritual adat, dan juga struktur sosialnya.
Sementara itu, untuk kelompok Suku Asmat yang hidup di pedalaman berada di pegunungan Jayawijaya.
Umumnya, rumah adat ini akan memanfaatkan akar-akar rotan pilihan untuk menyatukan kayu pondasi rumah.
Rumah adat Jew ini juga seringkali disebut sebagai rumah bujang karena hanya boleh ditinggal oleh laki-laki yang belum menikah.
BACA JUGA:Sejarah Mesopotamia Kuno, Ketika Pendidikan Hanya Untuk Kaum Elite
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
Anak laki-laki yang belum berumur 10 tahun dan perempuan tidak boleh masuk ke dalam rumah adat ini.
Rumah adat Jew ini menjadi salah satu tempat untuk para bujang belajar dari para senior ataupun laki-laki yang sudah menikah.
Mereka biasanya akan berlatih tentang keterampilan dan pendidikan, seperti misalnya menarik, memainkan musik, dan lainnya.
Selain itu, rumah adat ini juga menjadi tempat musyawarah mengenai kehidupan warga suku, upacara adat, perselisihan, dan lainnya.
Nah itulah Perbedaan bentuk rumah adat setiap suku yang ada di Papua, bisa jadi inspirasi untuk bangunan kalian juga kan?.
Sekian pembahasan kita untuk rumah adat suku Papua, semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan teman-teman.***