Almahari ingin mengambil DNA dari tulang-tulang di Bahrain dan membandingkan hasilnya dengan orang-orang yang saat ini tinggal di sana untuk mendapatkan gambaran tentang migrasi di masa lalu.
"Saya ingin tahu dari mana orang-orang tersebut berasal dan kapan mereka tiba di Bahrain. Saya berharap kita bisa melakukan ini," katanya.
Analisis DNA semacam itu tidak memerlukan seluruh kerangka untuk dibawa ke laboratorium. Hal ini dapat dilakukan dengan potongan-potongan yang terkelupas dari tulang.
BACA JUGA:Firaun Punya Lima Nama Berbeda, Begini Sejarah Mesir Kuno
Namun, mengambil jenazah untuk mengambil sampel masih dipandang sebagai prosedur invasif.
Sebelum memulai penelitian di situs arkeologi, para peneliti mencoba memeriksa apa yang ada di bawah permukaan, untuk meminimalkan kemungkinan tidak sengaja mengganggu kerangka yang terkubur secara agama Islam.
Pemindaian bawah permukaan membantu dalam hal ini. Sinyal radar diarahkan ke permukaan tanah, dan benda-benda seperti sisa-sisa manusia memantulkan sinyal-sinyal ini kembali ke permukaan.
Hasil akhirnya adalah peta bawah tanah, dan menunjukkan ke arah mana jenazah dikuburkan.
BACA JUGA:Adakadabra! Inilah 4 Kitab Sihir Paling Tua Dalam Sejarah Dunia yang Pernah Ditemukan
BACA JUGA:Kekayaan Budaya Pulau Yap, Sejarah dan Makna Batu Rai sebagai Mata Uang Tradisional
"Ketika jenazah seorang muslim dimasukkan ke dalam kubur, maka jenazahnya harus menghadap ke arah Makkah," jelas Almahari.
Ada juga pengetahuan lainnya. Jika seseorang dikuburkan di samping harta karun, itu merupakan indikasi bahwa ia mungkin telah meninggal sebelum Islam menyebar.
Kadang-kadang, para arkeolog secara tidak sengaja mengganggu kerangka yang kemudian diketahui adalah kerangka dari seorang Muslim.
Peristiwa tersebut mungkin jarang terjadi, namun pendapat mengenai apa yang harus dilakukan dalam skenario seperti itu berbeda-beda.