Saat ini terdapat lebih dari 200 situs di gunung ini, kebanyakan berlanggam punden berundak yang merupakan gaya pra Hindu-Buddha.
Menurut dugaan kami, yang diajarkan di kadewaguruan tidaklah melulu ajaran agama.
BACA JUGA:Meski Rasanya Slebew, Ternyata Malam Pertama Suku Ini Bikin Mikir 2 Kali!
Logikanya begini, pasca peristiwa Mahapralaya, semestinya Airlangga kehabisan SDM yang memahami ketatanegaraan.
Namun dengan dukungan kadewaguruan, Airlangga mampu membangun sebuah kerajaan besar.
Selain itu, seorang Gajah Mada, yang tidak jelas asal-usulnya dan kemungkinan besar bukan dari kalangan istana, mampu menjadi orang paling berpengaruh di kerajaan Majapahit pada masa itu.
Menurut arkeolog Agus Aris Munandar, kemampuan Gajah Mada disepuh dalam pendidikan kadewaguruan di lereng Gunung Penanggungan.
BACA JUGA:Tradisi Budaya Indonesia yang Nyeleneh! Kok Bisa Suku ini Bikin Tradisi Malam Pertama yang Tak Lazim
Bisa jadi, di kadewaguruan yang menolong Airlangga dan juga menempa Gajah Mada, tidak hanya ilmu agama yang diajarkan di sana, tetapi juga ilmu kemasyarakatan dan tata negara, bahkan keperwiraan.
Mungkin juga guru-guru dari kadewaguruan yang diawasi kerajaan inilah yang dipanggil ke istana untuk mengajar.
Selepas era Airlangga di Jawa Timur, berbagai wangsa silih berganti menyelenggarakan kekuasaan melalui perang, pengkhianatan, perebutan, dan berbagai intrik politik.
Namun kadewaguruan tetap lestari, bahkan tumbuh subur dan memberi denyut spiritual pada masyarakat arus bawah.
BACA JUGA:Diduga Berusia Ribuan Tahun! Warga Pencari Rumput Temukan Istana Kuno Raja Airlangga di Tengah Hutan
Di masa akhir Majapahit yang diwarnai pergolakan, para penulis di kadewaguruan bahkan mampu menghasilkan karya sastra yang begitu rinci.
Misalnya Pararaton yang bersetting pada era Singosari, ataupun Lontar Calon Arang yang bersetting pada masa Airlangga.
Maka terbukti, kadewaguruan menjadi jaring pengaman terkuat bagi peradaban Jawa Klasik.