"Kalau begitu biar aku menghadapinya sendiri. Dinda Patih persiapkan pasukan yang lebih besar dan pilih pendekar-pendekar yang tangguh. Persenjatai mereka selengkaplengkapnya."
Patih Bujangganong mempersiapkan semua yang diperintahkan oleh rajanya.
Sementara itu, Kelana Sewandana segera menyusun strategi perang.
Setelah semua persiapan matang, Raja Kelana Sewandana beserta rombongannya pun berangkat.
Patih Bujangganong selalu berada di dekat rajanya karena memang raja tidak mau berjauhan dengan Bujangganong.
Setelah naik turun gunung Raja Kelana Sewandana dan rombongannya sampai ke wilayah Kerajaan Singobarong.
Pasukan Raja Singobarong sudah menunggu, Perang pun tak dapat dihindarkan.
Mereka saling menyerang dan menerjang. Pasukan Singobarong dan Manyura terdesak.
Raja Singobarong tampil ke medan perang didampingi sekutunya Raja Manyura yang suka memamerkan keindahan baju yang dipakainya.
Singobarong berjalan dengan gayanya yang malas. Kepalanya dikibas-kibaskan sehingga kumisnya yang lebat terurai berombak-ombak terkena sinar matahari, seperti emas layaknya.
Raja Manyura berjalan dengan angkuhnya. Pakaian hijau mengkilap melilit tubuhnya sehingga menarik perhatian setiap orang yang melihatnya.
Raja Kelana Sewandana terpesona atas penampilan musuhnya.*
Artikel ini telah tayang di laman Nusantarta62.com : Cerita Rakyat Jatim, Asal Usul Reog Ponorogo, Kekalahan Dua Raja Hewan dengan Gamelan dan Cemeti Pusaka