PAGARALAMPOS.COM – Apa pun alasannya, perang akan selalu menghadirkan penderitaan bagi umat manusia.
Tak hanya bagi mereka yang menjadi pelaku saja, dampak kehancuran dan juga penderitaan yang dihasilkan oleh perang yang berkecamuk juga dirasakan oleh mereka yang tak terlibat aktif sekalipun.
Termasuk warga sipil yang tak tahu menahu mengenai kepentingan para penguasa yang mengobarkan perang.
BACA JUGA:Bukan Film Bertema Perang Biasa, Namun Drama-Sejarah yang Ingin Menonjolkan Nilai Kemanusiaan (01)
Namun, dari perang yang terjadi, kita seringkali menemukan kisah-kisah kemanusiaan yang luar biasa.
Bahkan, tak jarang, perang pun mampu menyatukan berbagai elemen manusia yang berbeda, untuk kemudian bersatu dan berusaha melalui segala kesulitan yang mereka alami, serta mencari cara untuk menyelamatkan diri secara bersama-sama.
Jangan Pandang Manusia dari Profesi yang Mereka Jalani:
BACA JUGA:Petualangan Detektif Kondang, Hercule Poirot Kembali Menyapa Penggemarnya (01)
Seperti dalam film besutan sineas Tiongkok yang rilis tahun 2011 lalu berjudul The Flowers of War ini.
Dalam film berdurasi 2 jam 26 menit ini, titik pusat alur ceritanya adalah mengenai upaya bertahan hidup dari sekelompok penduduk Tiongkok yang terdiri dari 3 latar belakang yang saling bertolak belakang.
Yakni kelompok pemuda-pemudi gereja, kelompok wanita tuna susila, dan juga seorang pemuka agama yang berasal dari Amerika Serikat.
BACA JUGA:Petualangan Detektif Kondang, Hercule Poirot Kembali Menyapa Penggemarnya (02)
Film ini berhasil meraih nominasi dalam 84th Academy Awards, 69th Golden Globe Awards, dan 6th Asian Film Awards.
Prestasi tersebut cukup menunjukkan bahwa The Flowers of War patut ditonton.
Banyak penonton/audiens yang sangat menyukai film ini. Selain unsur sejarah yang diangkat, alur cerita dan setiap adegan yang disuguhkan tidak terasa membosankan, serta secara konstan berhasil memancing emosi penonton.