'Nasi Kiroh hingga Nasi Ghuas'
MASYARAKAT Besemah memiliki tradisi dalam mengolah beras menjadi nasi yang rasanya tak kalah dengan nasi minyak.
“Kita punya nasi kiroh,”kata pemerhati Sejarah Besemah yang juga Ketua Yayasan Pecinta Sejarah dan Kebudayaan (Pasake), Ahmad Bastari Suan kemarin.
Secara singkat dijelaskannya, nasi kiroh merupakan masakan yang berbahan utama nasi. Dimasak di dalam belanga atau wajan dengan menggunakan sedikit minyak lalu ditambah dengan bawang putih, bawang merah dan garam.
“Tapi, ini bukan nasih goreng ya. Namanya tetap nasi kiroh, nasi khas Besemah,”tutur Bastari.
BACA JUGA:'Metangka Aghi dan Pembukean' Budaya Masyarakat Besemah Saat Bulan Puasa
Selain nasi kiroh, lanjut Bastari, ada juga nasi punjugh atau tumpeng. Ini biasanya kata dia, digunaka di saat tertentu misalnya di dalam upacara adat maupun saat berziarah di makam. Di luar kegiatan ini, nasi punjugh jarang terlihat.
“Nasi punjugh ada yang warnanya kuning. Ini karena ada pewarna dari kunyit,”sebut anggota Lembaga Adat Besemah Satarudin Tjik Olah, tentang warna nasi punjugh, ketika ditemui kemarin.
Masyarakat Besemah juga membuat yang namanya nama nasi ghuas. Sesuai namanya dijelaskan Satar, nasi ini dibuat dengan menggunakan wadah berupa ruas bambu muda.
“Beras dimasukkan ke dalam ruas bambu muda lalu dibakar dengan menggunakan api. Tanpa air,”terang Satar mengenai cara membuat nasi ghuas, ketika ditemui kemarin.
BACA JUGA:Tradisi Suku Besemah 'Pantauan Bunting' Perjamuan Untuk Menghormati Pengantin
Bagaimana rasanya? Satar yang pernah membuat dan mencici nasi ghuas ini menyatakan, nasi yang dimasak di dalam bambu memiliki aroma yang khas. Ini karena air dalam ruas bambu muda menyerap ke dalam beras.
Menerbitkan selera untuk makan. Inilah sebabnya Satar menyebutkan, nasi ghuas kerap dibuat para petani yang sedang temalam (menginap) di kebun.
“Saat masa penjajahan dulu, para pejuang kita yang tengah berada di hutan juga sering membuat nasi ghuas,”katanya pula.
Ada juga nasi gemuk. Ini merupakan nasi yang enak rasanya. Berminyak-minyak karena pengaruh dari parutan kelapa kelapa. Nasi ini sering disajikan di pagi hari untuk sarapan.
BACA JUGA:Guritan! Seni Tradisional Suku Besemah, Menggunakan Bahasa Lokal Yang Masih Terjaga