Dibawa Para Pedagang
Pada mulanya penjajah kolonial Belanda. Begitu berhasil masuk dan menguasai Besemah pada sekitar tahun 1860, Belanda kata Satar, langsung mendirikan semacam kawasan pemukiman dan kantor pemerintahan yang dinamakan Onderdeming Pasemah Landen.
Nah lanjutnya, ibukota Onderdeming Pasemah Landen ini ditetapkan di Dusun Bandar yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Dempo Selatan.Di Bandar juga didirikan pasar.
Penjajah kolonial Belanda lantas mengumumkan keberadaan pasar tersebut. Pengumuman ini tutur Satar disambut antusias para pedagang dari Palembang, Arab Saudi dan China.
Mereka berbondong-bondong datang ke Bandar untuk berniaga. Dari sinilah, terjadi interaksi antara para pendatang dengan masyarakat pribumi terjadi.
BACA JUGA:Kuntau Suku Besemah, Menggali Kearifan Lokal dalam Seni Bela Diri Tradisional
Interaksi semakin erat, sampai dengan pindahnya ibukota onderdeming ke Pagaralam pada 1915.
Menurut Satar, interaksi tersebut membuat tradisi antara pendatang dengan dengan masyarakat Besemah saling bersentuhan. Ia mencontohkan, masyarakat Besemah mulai mengenali kuliner khas Arab di antaranya nasi samin.
“Karena merasa enak, masyarakat kita jadi tertarik untuk belajar membuat nasi samin,” tuturnya. Dari sinilah, kemampuan masyarakat Besemah membuat nasi samin mulai terbentuk lalu diwariskan ke generasi berikutnya.
Hingga kini, nasi samin masih sering dibuat masyarakat Besemah. Nasi samin acap disandingkan dengan nasi biasa bagi para tamu undangan ketika waktu makan tiba.
BACA JUGA:WOW! Ternyata Nama Suku Besemah Berasal Dari Sini, Apa Hubungannya ya?
Namun kata Satar, nasi samin tidak dibuat terus menerus. Ada waktunya seperti di saat acara perdekahan pernikahan. Hal ini katanya, dikarenakan untuk membuat nasi samin membutuhkan biaya tak sedikit.
“Di acara hajatan pun, nasi samin tidak selalu ada. Ya tergantung dengan ekonomi si empunya hajat,”kata pemerhati sejarah Besemah yang tinggal di Palembang, Ahmad Bastari Suan SPd, ketika dihubungi Pagaralam Pos kemarin.
Bastari yang juga Ketua Yayasan Pecinta Sejarah dan Kebudayaan (Pesake) Palembang ini menyebutkan, bahan untuk membuat nasi samin harganya tak murah.
Tentang asal muasal, Bastari sepakat dengan Satar. Ia memperkirakan, nasi samin masuk ke Besemah dibawa para pedagang Timur Tengah khususnya dari Arab.
BACA JUGA:Mengenal Festival Pelang Kenidai, Tradisi Asli Suku Besemah di Sumatera Selatan Yang Masih Eksis