Karenanya, istilah ini bisa dipakai oleh orang yang mau pergi ke mana saja. Belanju juga tak memiliki lawan istilah sebagaimana mudik dengan milirnya.
“Bila bertujuan untuk merayakan hari raya, maka disebutlah dengan istilah belanju riaye,”ucapnya.
Dulu istilah belanju masih dipakai masyarakat Besemah. Bastari terkenang dengan masa lalunya. Suatu ketika dia pulang ke Pagaralam dan ditanyai oleh keluarganya.
“Sughang belanju (pulangnya sendirian saja?),”kata Bastari mengenang sapaan seorang keluarganya puluhan tahun lalu itu.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Suku Minangkabau, Budaya Hingga Pradabannya
Adapun kini, istilah belanju cukup jarang diucapkan warga Pagaralam. Bastari menduga ini terjadi karena warga Pagaralam biasanya berusaha mencoba menyerap istilah baru.
Ini membuat istilah seperti belanju lama-lama dilupakan. Kasus ini menurut Bastari sama dengan penggunaan ngabuburit. Kata Bastari, istilah ngabuburit lebih populer ketimbang nunggu buke (Besemah) atau anten-anten nunggu buko (Palembang).
“Padahal istilah ngabuburit tak elok didengar bagi kita orang Besemah dan Palembang,”tambah Bastari.
Selain belanju, kata anggota Lembaga Adat Besemah Satarudin Tjik Olah, ada istilah Besemah lainnya yang mengambarkan aktivitas orang yang pulang kampung karena mau lebaran yakni balek riaye.
BACA JUGA:Asal Mula Suku Kisam, Budaya dan Agamanya
Istilah balek riaye sedikit lebih sering diucapkan masyarakat Besemah ketimbang belanju riaye. Meskipun demikian, diakui Satar, penggunaan dua istilah ini sama-sama tepat.
“Kalau istilah mudik sebenarnya juga tepat dipakai,”tambah Satar ketika dihubungi terpisah.
PEMUDIK-sebutan bagi orang yang mudik-biasanya datang dari jauh. Meskipun jauh mereka nampak gembira. Ini karena mereka pulang ke kampung halamannya.
Menurut Bastari, filosofi belanju riaye ataupun mudik, sebenarnya adalah merajut tali silaturahim. “Begitu pulang, orang perantauan dapat bertemu kembali dengan keluarganya,”ucap Bastari.
BACA JUGA:Diam diam Polri Geledah Kediaman Dito, Temukan Lagi 2 Pucuk Senpi dan 78 Peluru
Selain itu Bastari melanjutkan, dengan pulang, maka orang rantau dapat menjejakkan kaki di tanah kelahirannya. Sesukses apapun seseorang di tanah rantau, tidak boleh melupakan tanah kelahiran yang telah membesarkannya di masa lalu.