Menelusuri Puri Saren Agung: Warisan Kerajaan Ubud yang Masih Menggema dalam Ritme Budaya Bali

PAGARALAMPOS.COM - Puri Saren Agung bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan pusat penting kekuasaan dan budaya yang telah berdiri selama lebih dari dua abad.

Di lokasi inilah jejak kejayaan Kerajaan Ubud terpatri, menjadi saksi bagaimana para penguasa membentuk peradaban yang hingga kini menjadi magnet wisata di Bali.

Sejarah Berdirinya Puri Saren Agung

Puri ini dibangun pada awal abad ke-19 oleh Tjokorda Ida Putu Kandel, seorang bangsawan dari keluarga Puri Sukawati.

Saat itu, Ubud masih berada di bawah pengaruh Kerajaan Gianyar. Namun sejak berdirinya Puri Saren, wilayah ini tumbuh menjadi pusat kekuasaan lokal yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan budaya Bali.

BACA JUGA:Sejarah Danau Ranau: Keindahan Alam dan Warisan Geologi di Perbatasan Sumatera Selatan dan Lampung

BACA JUGA:Rekomendasi Wisata Pekanbaru: Menjelajahi Pesona Alam, Budaya, dan Sejarah di Ibu Kota Riau!

Bangunan puri didirikan dengan gaya arsitektur tradisional Bali yang sarat makna simbolik. Tiap struktur dalam kompleks puri memiliki fungsi yang spesifik, mulai dari tempat tinggal keluarga kerajaan, balai pertemuan, hingga tempat untuk upacara keagamaan.

Dinding-dinding batu merah yang berhiaskan ukiran Bali menjadi saksi hidup perkembangan budaya dan spiritualitas Ubud.

Tata Ruang yang Sarat Filosofi

Puri Saren dirancang mengikuti prinsip Asta Kosala Kosali, sistem tata ruang tradisional Bali yang mengacu pada arah mata angin, nilai spiritual, serta keharmonisan dengan alam sekitar. Penataan ini mencerminkan ajaran kosmologi Hindu Bali yang mendalam.

Tempat-tempat suci diletakkan di sisi timur laut atau kaja kangin, arah yang dianggap paling sakral.

BACA JUGA: Danau Satonda: Sejarah Alam dan Legenda Mistis Pulau Vulkanik yang Menawan

BACA JUGA:Mengenal Bukit Ketapang: Catatan Sejarah Perjuangan dan Pesona Alam yang Memikat

Sumber: