Sejarah Legenda Ciung Wanara: Jejak Kebenaran, Perebutan Takhta, dan Warisan Budaya Sunda!
Sejarah Legenda Ciung Wanara: Jejak Kebenaran, Perebutan Takhta, dan Warisan Budaya Sunda!-net:foto-
Ia bersama istrinya merawat anak itu dengan penuh kasih sayang dan memberinya nama Ciung Wanara, yang berarti "burung ciung dan monyet", simbol kecerdikan dan keberanian.
BACA JUGA:Danau Tigi dan Warisan Leluhur: Menyelami Budaya Suku Mee di Jantung Papua
Tumbuh Menjadi Pemuda Perkasa
Saat dewasa, Ciung Wanara memutuskan untuk pergi ke istana Galuh guna mencari jati dirinya. Di istana, ia mengikuti lomba sabung ayam yang diselenggarakan oleh raja.
Ayam milik Ciung Wanara mengalahkan ayam sang raja, dan dari situ, ia mulai dikenal oleh orang-orang istana.
Kemenangannya dalam sabung ayam menjadi jalan pembuka baginya untuk mengungkap jati diri dan membongkar kejahatan Aria Kebonan dan Dewi Pangrenyep. Setelah melalui berbagai intrik, kebenaran pun terungkap.
Akhir Cerita: Pembagian Kerajaan
BACA JUGA:Pantai Namalatu: Jejak Sejarah dan Kearifan Lokal di Tepian Ambon yang Terlupakan
Setelah berhasil mengungkap kebenaran, Ciung Wanara tidak lantas membalas dendam secara brutal. Ia memilih jalan damai.
Aria Kebonan dijatuhi hukuman, sedangkan Dewi Pangrenyep diasingkan. Ciung Wanara pun diangkat menjadi raja yang sah atas Kerajaan Galuh.
Namun, karena ia memiliki saudara tiri dari Dewi Pangrenyep yang juga memiliki hak atas kerajaan, maka kerajaan akhirnya dibagi dua.
Sungai Citanduy dijadikan batas antara dua wilayah: satu dikuasai Ciung Wanara, dan satu lagi oleh saudaranya. Pembagian ini dipercaya menjadi cikal bakal terbentuknya dua kerajaan besar: Galuh dan Pajajaran.
BACA JUGA:Menyingkap Jejak Hindu di Sumatera: Sejarah Candi Bumi Ayu yang Terlupakan!
Nilai Budaya dan Simbolisme
Legenda Ciung Wanara bukan hanya sebuah dongeng pengantar tidur. Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur seperti keadilan, keberanian, kesetiaan, dan pentingnya mengetahui asal-usul diri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
