Pemkot PGA

Mengenal Desa Trunyan: Tradisi Pemakaman yang Harmonis dengan Alam dan Filosofinya

Mengenal Desa Trunyan: Tradisi Pemakaman yang Harmonis dengan Alam dan Filosofinya

Mengenal Desa Trunyan: Tradisi Pemakaman yang Harmonis dengan Alam dan Filosofinya-Foto: net -

BACA JUGA:Jejak Budaya Maluku di Museum Siwalima: Dari Koleksi Sejarah hingga Kearifan Lokal

Ketika sudah penuh, jenazah tertua akan dipindahkan dan tulang-belulangnya dikumpulkan di tempat terpisah.

Keajaiban Pohon Taru Menyan

Salah satu keunikan tradisi ini adalah keberadaan pohon Taru Menyan yang tumbuh di tengah pemakaman.

Pohon ini dipercaya dapat menyerap dan menetralisir bau jenazah sehingga lokasi pemakaman tetap harum dan bebas bau tidak sedap. Keunikan pohon ini membuatnya dianggap keramat dan hanya ditemukan di wilayah Trunyan.

Makna Filosofis Tradisi Mepasah

Tradisi pemakaman di Trunyan menggambarkan hubungan harmonis masyarakat dengan alam.

BACA JUGA:Sejarah Rumah Adat Maluku Utara: Sasadu, Simbol Persatuan dan Kearifan Lokal Masyarakat Sahu!

BACA JUGA:Sejarah Rumah Adat Kalimantan Selatan: Mengenal Arsitektur dan Nilai Budaya Rumah Baanjung!

BACA JUGA:Sejarah Suku Zulu: Perjalanan Sebuah Bangsa Pejuang dari Afrika Selatan!

Mereka percaya bahwa tubuh manusia setelah meninggal harus dikembalikan ke alam secara alami tanpa intervensi berlebihan.

Ritual ini merefleksikan filosofi keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas, yang sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana dalam kepercayaan Hindu Bali.

Walau mayoritas masyarakat Trunyan menganut Hindu, mereka tetap mempertahankan tradisi leluhur Bali Aga yang lebih tua dari sistem Hindu Majapahit.

Warisan Budaya dan Daya Tarik Wisata

Desa Trunyan menarik banyak wisatawan, baik lokal maupun internasional, yang ingin menyaksikan langsung tradisi pemakaman yang langka ini.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait