Sejarah Suku Sekak: Warisan Maritim dari Pesisir Pulau Bangka yang Terlupakan!

Suku Sekak dikenal sebagai pelaut ulung. Sejak dulu, mereka menggantungkan hidup dari laut melalui aktivitas seperti menangkap ikan, menyelam untuk mencari kerang dan timah, serta berdagang antar pulau.

Kegiatan mereka tidak hanya terbatas pada Bangka, tetapi juga menjangkau wilayah seperti Belitung, Palembang, hingga Selat Malaka.

Kapal-kapal kayu kecil yang mereka gunakan dikenal tangguh untuk pelayaran jarak menengah.

Budaya mereka sangat erat dengan alam dan laut. Rumah-rumah tradisional mereka sering dibangun dekat pantai dan menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu dan daun nipah.

Sistem kepercayaan Suku Sekak juga sarat dengan unsur animisme, meskipun belakangan ini banyak dari mereka telah memeluk Islam atau agama lain melalui proses asimilasi dengan masyarakat sekitar.

Dalam tradisi Suku Sekak, laut bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga dianggap sebagai entitas spiritual yang harus dihormati.

BACA JUGA:Manfaat Buah Pala bagi Kesehatan: Dari Rempah Legendaris Hingga Obat Alami!

Upacara adat seperti tolak bala laut atau selamatan perahu menjadi bagian dari keseharian mereka. Dalam ritual-ritual tersebut, mereka memohon perlindungan dari bahaya laut dan mengucap syukur atas hasil tangkapan.

Bahasa dan Identitas

Bahasa yang digunakan oleh Suku Sekak merupakan varian dari Bahasa Melayu, namun memiliki dialek dan kosakata khas yang berbeda dari Bahasa Melayu Bangka.

Bahasa ini menjadi simbol identitas dan juga alat untuk melestarikan warisan budaya mereka secara turun-temurun.

Namun, seiring dengan modernisasi dan interaksi dengan masyarakat luar, penggunaan bahasa asli Sekak mulai menurun, khususnya di kalangan generasi muda.

Tantangan dan Pelestarian

BACA JUGA:Sejarah Rumah Adat Maluku Utara: Sasadu, Simbol Persatuan dan Kearifan Lokal Masyarakat Sahu!

Seiring berjalannya waktu, Suku Sekak mengalami banyak perubahan dalam gaya hidup dan struktur sosial.

Sumber: