Sejarah Desa Sasak Sade dan Sasak Ende: Warisan Hidup Leluhur di Tanah Lombok!

Jika Sade telah lebih dahulu dikenal oleh wisatawan dan mengalami pengaruh modernisasi dalam beberapa aspek, maka Desa Ende lebih terlindungi dari komersialisasi.

Ini menjadikan Ende sebagai representasi kehidupan asli Sasak yang paling dekat dengan masa lalu.

BACA JUGA:Sejarah Suku Ayamaru: Jejak Budaya Leluhur dari Danau ke Pegunungan Papua Barat!

Salah satu keunikan yang masih dijaga di Ende adalah sistem matrilokal, di mana setelah menikah, pasangan suami istri akan tinggal di rumah keluarga perempuan.

Tradisi ini memperkuat nilai kekerabatan dan solidaritas dalam masyarakat.

Struktur Sosial dan Tradisi Leluhur

Baik di Sade maupun Ende, masyarakat Sasak hidup dalam sistem adat yang menghormati leluhur dan menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Kepala desa atau tokoh adat memiliki peran penting dalam memutuskan berbagai urusan masyarakat, mulai dari ritual hingga penanganan konflik sosial.

BACA JUGA:Sejarah Suku Enggros: Masyarakat Pesisir yang Menjaga Warisan Leluhur di Teluk Youtefa!

Upacara-upacara tradisional seperti pernikahan adat, khitanan, dan upacara panen masih dijalankan dengan penuh makna.

Musik tradisional seperti gendang beleq dan tarian peresean sering ditampilkan dalam momen-momen penting, menggambarkan kekayaan budaya yang tetap hidup di tengah perubahan zaman.

Pewarisan Nilai Melalui Arsitektur dan Kesenian

Salah satu bentuk pewarisan budaya yang paling jelas terlihat adalah pada arsitektur rumah tradisional. Rumah di desa Sasak selalu dibangun menghadap arah tertentu berdasarkan kepercayaan adat.

Ukuran rumah kecil dan sederhana, menyesuaikan dengan prinsip hidup yang rendah hati dan tidak berlebihan.

Kerajinan tangan seperti tenun ikat tradisional menjadi salah satu keahlian utama perempuan Sasak.

Sumber: