Pemkot PGA

Perang Terbesar di Nusantara Pangeran Diponegoro Guncang Kekuasaan Belanda

Perang Terbesar di Nusantara Pangeran Diponegoro Guncang Kekuasaan Belanda

--

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Sindoro: Jejak Alam dan Peradaban di Tengah Jawa!

Diponegoro membawa semangat Islam yang kuat. 

Ia sering disebut sebagai Ratu Adil oleh para pengikutnya, sosok mesianis yang diyakini akan membebaskan rakyat dari penindasan. 

Dalam konteks ini, perlawanan bukan semata soal tanah dan kekuasaan, tapi juga tentang moralitas, iman, dan harapan akan tatanan yang lebih adil.

Namun, sebagaimana banyak kisah heroik lainnya, kekuatan rakyat tak selalu bisa bertahan lama menghadapi mesin militer kolonial. 

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Danau Dano: Warisan Alam dan Budaya di Nusantara!

Belanda kemudian mengubah strategi dari pertempuran terbuka menjadi pendekatan birokratik dan penipuan diplomatik. 

Pangeran Diponegoro akhirnya ditangkap secara licik pada 1830 saat perundingan di Magelang. 

Ia dibuang ke Manado, lalu ke Makassar, dan wafat di pengasingan tapi semangatnya tak pernah padam.

Perang Jawa memang berakhir dengan kekalahan militer, namun di balik itu muncul kesadaran baru. 

BACA JUGA:Sejarah Danau Siambul: Dari Bekas Tambang Menjadi Surga Tersembunyi di Riau!

Perang ini menandai bangkitnya nasionalisme embrional, kesadaran kolektif bahwa penjajahan bukan takdir, dan bahwa perlawanan bisa datang dari mana saja, bukan hanya dari istana.

Pangeran Diponegoro bukan hanya pahlawan perang, tetapi simbol perlawanan moral, agama, dan budaya terhadap penjajahan. 

Ia adalah gambaran nyata bahwa sejarah tidak hanya ditulis oleh yang menang, tapi juga oleh mereka yang berani bermimpi dan melawan, bahkan ketika kekuatan tampak tak seimbang.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait