Menguak Sejarah Tugu Khatulistiwa: Penanda Garis Imajiner yang Mendunia!
Menguak Sejarah Tugu Khatulistiwa: Penanda Garis Imajiner yang Mendunia!-net:foto-
Seiring berjalannya waktu, kesadaran akan pentingnya simbol garis khatulistiwa makin meningkat. Pada tahun 1930, pemerintah Hindia Belanda membangun tugu yang lebih permanen di atas struktur kayu awal.
BACA JUGA:Bukit Buyuk, Keajaiban Alam dan Mitos yang Mengelilinginya!
Tugu ini terdiri atas empat pilar kayu yang menopang sebuah lingkaran dan panah penunjuk arah.
Kemudian pada tahun 1938, tugu kembali direnovasi dan diperbesar oleh seorang arsitek Belanda bernama Opzichter J.H. de Bruijn.
Struktur baru ini menguatkan desain asli sekaligus memperjelas fungsi ilmiah dan simbolis dari tugu tersebut.
Tugu dengan empat tiang utama dan anak panah di bagian atas itulah yang masih dapat dilihat hingga kini di dalam bangunan pelindung.
Penambahan Kubah dan Gedung Pelindung
BACA JUGA:Dulu Menguasai Jawa, Kini Nyaris Terlupakan Jejak Emas Dinasti Syailendra
Untuk melestarikan dan melindungi struktur asli, pemerintah Indonesia pada tahun 1990-an membangun sebuah kubah pelindung yang mengelilingi tugu asli.
Selain berfungsi sebagai pelindung dari cuaca dan usia, kubah ini juga dirancang sebagai museum kecil yang menyimpan informasi tentang sejarah tugu dan fenomena astronomi khatulistiwa.
Kubah pelindung tersebut memiliki desain modern dan elegan, melengkapi tugu asli yang tetap dipertahankan di dalamnya.
Pada tahun 1999, Pemerintah Kota Pontianak meresmikan kompleks Tugu Khatulistiwa sebagai salah satu destinasi wisata ilmiah dan edukatif.
Fenomena Kulminasi Matahari
Salah satu daya tarik utama dari Tugu Khatulistiwa adalah fenomena kulminasi matahari, yang terjadi dua kali dalam setahun sekitar tanggal 21–23 Maret dan 21–23 September.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
