Cut Nyak Dhien Perempuan Besi yang Melawan dengan Air Mata dan Senjata
--
BACA JUGA:Sejarah Candi Barong: Jejak Kemegahan Peradaban Hindu di Atas Bukit Ratu Boko!
Keberanian Cut Nyak Dhien bukan tanpa pengorbanan.
Dalam pelariannya di hutan, ia harus menanggung rasa lapar, sakit mata yang semakin parah, dan usia yang tak lagi muda.
Namun semangatnya tak pernah padam. Ia bahkan menikah dengan Teuku Umar, tokoh pejuang lain yang tak kalah hebat.
Bersama, mereka menjadi pasangan pejuang yang disegani.
Teuku Umar akhirnya gugur pada tahun 1899 dalam sebuah pertempuran hebat.
Sekali lagi, Dhien harus menelan kepedihan.
Namun, sebagaimana sebelumnya, ia tidak gentar.
Ia tetap melanjutkan perjuangan, kini sebagai janda dua kali, namun dengan api semangat yang semakin menyala.
BACA JUGA:Sejarah Masjid Tuo Kayu Jao: Jejak Islam di Ranah Minang yang Bertahan Berabad-abad!
Sayangnya, kondisi fisik yang melemah dan kekuatan pasukan yang semakin menipis membuat perjuangan Cut Nyak Dhien perlahan melemah.
Salah satu anak buahnya, demi menyelamatkan nyawa dan karena iba melihat kondisi fisik sang komandan, akhirnya melaporkan lokasi persembunyian mereka kepada Belanda.
Dhien ditangkap dan dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.
Meskipun jauh dari tanah kelahiran, semangat perjuangannya tak pernah sirna.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
