Sejarah dan Makna Ritual Rambu Solo: Warisan Adat Pemakaman Masyarakat Toraja!
Sejarah dan Makna Ritual Rambu Solo: Warisan Adat Pemakaman Masyarakat Toraja!-net:foto-
BACA JUGA:Indonesia Hampir Terpecah Ini Sejarah Kelam Republik Serikat yang Jarang Dibahas
Selama masa penundaan tersebut, jenazah biasanya disimpan di rumah tongkonan (rumah adat Toraja) dan dianggap "orang sakit" atau "orang yang sedang tidur".
Upacara Rambu Solo terdiri dari beberapa tahapan, antara lain:
Ma’kattik – Tahap awal berupa persiapan dan pengumuman resmi bahwa keluarga akan mengadakan Rambu Solo.
Ma’tudan Mebalun – Proses membungkus jenazah dengan kain khusus dan perhiasan adat.
Ma’popengkalo Alang – Pemindahan jenazah dari rumah ke lumbung (alang) untuk dipersiapkan menuju tempat upacara.
BACA JUGA:Fakta Mengejutkan Sejarah Pribumi Tersembunyi dalam Setiap Halaman Bumi Manusia
Ritual penyembelihan hewan – Salah satu bagian paling penting. Puluhan bahkan ratusan kerbau dan babi dikorbankan. Kerbau Tedong Bonga (kerbau belang) adalah hewan kurban paling prestisius dan mahal.
Ma’pasonglo – Pengiringan jenazah ke liang kubur yang biasanya berupa gua batu atau lubang di tebing.
Pemasukan ke liang – Tahap terakhir berupa penyimpanan jenazah ke dalam makam batu yang telah disiapkan.
Simbol Sosial dan Status
BACA JUGA:Perjanjian Giyanti - Petanda Pecahnya Kerajaan Mataram Islam Akibat Perang Saudara?
Rambu Solo bukan hanya ritual religius, tetapi juga mencerminkan status sosial keluarga. Semakin mewah dan besar upacara yang diselenggarakan, semakin tinggi pula kehormatan keluarga yang bersangkutan.
Hal ini juga menjadi ajang unjuk kekuatan ekonomi dan kekerabatan. Dalam beberapa kasus, Rambu Solo menjadi satu-satunya kesempatan bagi anggota keluarga yang merantau untuk kembali dan mempererat ikatan kekeluargaan.
Selain itu, penyembelihan kerbau bukan sekadar formalitas. Menurut kepercayaan, roh kerbau akan menjadi kendaraan roh manusia menuju Puya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
