Bukan Kerajaan Biasa Sriwijaya Punya Jalur Dagang Super Strategis Sejak Abad ke-7
Bukan Kerajaan Biasa Sriwijaya Punya Jalur Dagang Super Strategis Sejak Abad ke-7--
BACA JUGA:Menyelami Kisah Sejarah Candi Asu Sengi: Jejak Peradaban Hindu di Lereng Merapi!
Ini mencakup kapal perang, tetapi juga kapal dagang dan patroli.
Dengan pengawasan yang ketat dan sistematis, Sriwijaya berhasil menciptakan keamanan dan stabilitas di perairan yang sangat rawan akan bajak laut.
Sriwijaya tidak hanya menjadi perantara perdagangan, tetapi juga penghasil komoditas bernilai tinggi.
Dari Sumatra dan wilayah sekitarnya, mereka mengekspor emas, gading, kamper, kapur barus, kayu gaharu, serta rempah-rempah yang sangat dicari-cari oleh bangsa-bangsa asing.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Candi Tikus: Jejak Peradaban Majapahit di Bawah Permukaan!
Sebagai imbalannya, mereka mengimpor keramik dari Tiongkok, kain sutra dari India, dan logam-logam mulia dari Timur Tengah.
Karena posisinya sebagai pusat perdagangan internasional.
Banyak budaya dan agama pun singgah dan berkembang di Sriwijaya, termasuk agama Buddha yang kemudian menjadikan kerajaan ini sebagai pusat pembelajaran Buddha Mahayana yang terkenal di Asia Tenggara.
Hubungan dagang Sriwijaya tidak hanya berbentuk transaksi barang, tapi juga hubungan diplomatik.
BACA JUGA:Sejarah Desa Situs Trowulan: Jejak Kejayaan Majapahit di Tanah Mojokerto!
Dalam catatan sejarah Tiongkok, ada utusan dari Sriwijaya yang datang untuk menghormati kekaisaran.
Bahkan, biksu terkenal asal Tiongkok, I-Tsing, pernah singgah di Sriwijaya selama beberapa tahun pada abad ke-7 untuk mempelajari bahasa Sanskerta dan agama Buddha sebelum melanjutkan perjalanannya ke India.
Sriwijaya juga dekat dengan India Selatan, terutama Kerajaan Chola.
Namun, hubungan ini kemudian memanas dan berujung pada serangan Chola ke Sriwijaya pada abad ke-11. Meski begitu, pada abad ke-7, Sriwijaya masih berada di puncak kejayaannya sebagai “penguasa jalur laut Asia Tenggara”.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
