Pemkot PGA

Sejarah Trunyan – Desa Pemakaman Unik dengan Tradisi dan Filosofi yang Menyatu dengan Alam!

Sejarah Trunyan – Desa Pemakaman Unik dengan Tradisi dan Filosofi yang Menyatu dengan Alam!

Sejarah Trunyan – Desa Pemakaman Unik dengan Tradisi dan Filosofi yang Menyatu dengan Alam!-net:foto-

Jika tidak memenuhi syarat tersebut, jenazah akan dikuburkan di tempat berbeda. Selain itu, jumlah jenazah yang bisa ditempatkan di area pemakaman ini juga dibatasi, biasanya maksimal 11 jenazah secara bergantian.

BACA JUGA:Sejarah yang Tak Terlupakan! Fakta Menarik di Balik Bukit Teletubbies yang Jarang Diketahui

Jika ada jenazah baru dan tempat sudah penuh, maka jenazah yang paling lama akan digeser dan tulang-belulangnya dikumpulkan di sisi lain area pemakaman.

Misteri Pohon Taru Menyan

Salah satu hal paling menarik dari tradisi ini adalah keberadaan pohon Taru Menyan.

Pohon yang tumbuh besar dan rindang di tengah pemakaman ini dipercaya mampu menyerap dan menetralkan bau jenazah, sehingga meskipun ada banyak tubuh membusuk di area terbuka, tidak tercium bau tidak sedap sama sekali.

Konon, pohon ini hanya tumbuh di Desa Trunyan dan tidak ditemukan di daerah lain.

BACA JUGA:Tak Sekedar Indah, Ternyata Ini Legenda dan Warisan Sejarah Bukit Serelo Ikon Alam Sumatera Selatan

Keberadaan pohon ini begitu penting dalam ritual pemakaman Mepasah. Oleh masyarakat setempat, Taru Menyan dianggap keramat dan dijaga kelestariannya sebagai bagian dari warisan leluhur.

Nilai Budaya dan Filosofi di Balik Tradisi

Tradisi pemakaman Mepasah bukan sekadar keunikan budaya, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Trunyan yang sangat dekat dengan alam.

Mereka percaya bahwa tubuh manusia setelah mati harus dikembalikan kepada alam tanpa perlu banyak intervensi. Alam memiliki cara sendiri untuk mengurai dan menyatu kembali dengan jasad manusia.

Selain itu, pemakaman ini juga mencerminkan konsep keseimbangan antara manusia dan alam, yang disebut Tri Hita Karana dalam kepercayaan Hindu Bali.

BACA JUGA:Mengungkap Asal Usul Curup Rejang Lebong! Antara Mitos Budaya dan Fakta Sejarah

Masyarakat Trunyan, meskipun menganut Hindu, tetap menjaga tradisi leluhur Bali Aga yang lebih tua daripada sistem keagamaan Hindu dari Majapahit.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait