Menelusuri Jejak Sejarah dan Kearifan Lokal di Desa Adat Wologai, Warisan Budaya Suku Lio di Ende, NTT!

Bagian dalam rumah dibagi menjadi beberapa ruang dengan fungsi khusus, termasuk tempat pemujaan leluhur yang disebut keda.

BACA JUGA:Ternyata Ini yang Dibahas dalam Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung

Desa ini dibangun mengelilingi sebuah halaman luas yang disebut nua, pusat dari seluruh aktivitas upacara adat. Di tengah-tengah nua terdapat batu-batu megalitik yang menjadi simbol kehadiran roh nenek moyang.

Di sinilah berbagai ritual adat dilangsungkan, seperti upacara panen, penyambutan tamu agung, atau ritual permohonan hujan.

Peran Mosalaki dan Sistem Adat

Kehidupan di Wologai tidak bisa dipisahkan dari peran mosalaki. Mereka bukan hanya tokoh spiritual, tetapi juga penengah dalam konflik sosial, penjaga tradisi, serta pengatur kehidupan bermasyarakat.

BACA JUGA:Kisah Misterius Makam Pendiri Surabaya yang Ditemukan Setelah Kebakaran Hebat di Tahun 1980-an

Sistem ini berjalan secara turun-temurun dan masih dilestarikan hingga kini.

Setiap keputusan penting, baik dalam hal pembangunan, pembagian lahan, hingga pernikahan, harus mendapatkan restu dari para mosalaki.

Sistem ini menggambarkan kuatnya nilai kolektivitas dan ketaatan terhadap norma adat dalam masyarakat Wologai.

Warisan Budaya yang Bertahan

Meskipun modernisasi terus bergerak dan banyak desa adat di Indonesia mulai kehilangan identitasnya, Wologai tetap teguh menjaga jati dirinya.

BACA JUGA:Sejarah Danau Lido: Keindahan Alam yang Sarat Cerita di Ujung Selatan Bogor!

Salah satu bentuk pelestarian budaya yang paling menonjol adalah upacara Etu, sebuah tradisi adu tinju adat yang dilakukan sebagai bagian dari ritual syukur dan penyucian desa.

Etu tidak hanya menjadi ajang kekuatan fisik, tapi juga lambang kebersamaan dan kehormatan bagi pemuda-pemuda desa.

Sumber: