Dari Sidang ke Falsafah: Jejak Awal Pancasila dan Makna Luhur di Baliknya
Dari Sidang ke Falsafah: Jejak Awal Pancasila dan Makna Luhur di Baliknya-Foto: net -
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada 9 Maret 1942, Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia—meskipun janji itu bersifat politis, seperti yang diutarakan pada 7 September 1944 dan ditegaskan kembali lewat Maklumat Gunseikan pada 29 April 1945.
Lahirnya BPUPKI dan Perumusan Dasar Negara
Sebagai bagian dari upaya menuju kemerdekaan, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 April 1945.
Lembaga ini resmi bekerja sejak 28 Mei 1945 dan bertugas menggali dan menyusun konsep dasar negara.
Dalam sidang pertamanya (29 Mei–1 Juni 1945), muncul berbagai pandangan dari tokoh-tokoh penting seperti Mohammad Yamin dan Ir. Soekarno.
Mohammad Yamin mengusulkan lima prinsip secara lisan: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
BACA JUGA:Sejarah Penjara Kalisosok: Saksi Bisu Perjuangan dan Penindasan di Surabaya!
BACA JUGA:Sejarah Pabrik Gula Colomadu: Warisan Industri Masa Kolonial yang Menjadi Simbol Transformasi!
Sementara dalam bentuk tertulis, ia menambahkan rumusan yang sangat mirip dengan lima sila Pancasila yang kini kita kenal.
Ir. Soekarno, dalam pidatonya pada 1 Juni 1945, mengemukakan lima asas: Nasionalisme, Internasionalisme, Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan yang Berkebudayaan. Ia memberi nama kelima prinsip itu "Pancasila", dari bahasa Sanskerta—panca berarti lima, sila berarti asas.
Piagam Jakarta dan Konsensus Nasional
Untuk merumuskan lebih lanjut dasar negara, dibentuklah Panitia Sembilan—yang beranggotakan tokoh-tokoh penting seperti Soekarno, Hatta, Yamin, Wahid Hasjim, dan lainnya. Pada 22 Juni 1945, mereka menghasilkan Piagam Jakarta, yang memuat rumusan awal Pancasila.
Namun, salah satu bagian dalam naskah awal tersebut—terkait penerapan syariat Islam bagi pemeluknya—menjadi perdebatan.
BACA JUGA:Pabrik Gula Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah: Jejak Manis Sejarah Industri Gula di Nusantara!
BACA JUGA:Sejarah Rumah Residen Bone: Warisan Kolonial di Tanah Bugis!
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
