Mengenal Lebih Dalam Sejarah dan Profil Desa Sade: Menyaksikan Tradisi yang Unik Suku Sasak Secara Langsung!

BACA JUGA:Bagaimana Sejarah Kota Malang? Asal Usul Nama, Perkembangan, dan Julukannya!

Mengenai pertanian, Desa Sade mempunyai huma pertanian yang bergantung di sistem tadah hujan sebab tak terdapat sistem irigasi, sehingga panen hanya mampu dilakukan sekali setahun.

Hasil panen tadi disimpan pada lumbung padi. Bangunan lumbungnya unik serta khas menggunakan atap asal alang-alang atau rumput gajah, didirikan di atas empat tumpukan kayu.

Setelah masa panen berakhir, warga  Desa Sade umumnya menenun sebagai pekerjaan sampingan.

Menenun artinya bagian penting dari tradisi suku Sasak, menggunakan hukum bahwa perempuan di desa ini harus bisa menenun sebelum mereka menikah.

BACA JUGA:Kisah Sejarah Kota Surakarta Era Mataram Kuno, Hingga Sejarah Surakarta Setelah RI Merdeka!

Para wanita mulai belajar menenun asal usia muda, kurang lebih 7 hingga 10 tahun. Kain songket artinya produk kain tenun khas suku Sasak, yg dirancang berasal benang emas atau perak dan katun atau sutra.

Proses pembuatan kain tenun pada desa ini dimulai asal proses pemintalan kapas menjadi benang. Benang tadi kemudian diwarnai dengan pewarna alami sebelum ditenun dengan indera tenun tradisional asal kayu dan bambu.

Pembuatan kain songket yg panjangnya 2 meter bisa memakan saat 2 minggu sampai 3 bulan, tergantung di tingkat kerumitan pola yg didesain.

Di desa ini ada kios yg menjual kain tenun, dioperasikan menjadi koperasi oleh beberapa masyarakat.

BACA JUGA:Kisah Sejarah Kota Surakarta Era Mataram Kuno, Hingga Sejarah Surakarta Setelah RI Merdeka!

Sebuah selendang tenun manual bisa dijual menggunakan harga Rp150.000 serta membutuhkan saat lebih kurang seminggu buat dibuat.

Ada kepercayaan  bahwa perempuan belia di desa ini tidak boleh makan sayap ayam.

Hal ini terkait dengan agama bahwa bentuk sayap ayam yg seperti tangan tertekuk bisa menghambat keluwesan tangan saat menenun. Unik sekali bukan?

Sumber: