Eksplorasi Sejarah Jalan Braga: Destinasi Wisata yang Sarat Makna di Bandung

BACA JUGA:Mengenal Kehidupan Suku Punan Batu, Begini Identitas dan Kelangsungan Manusia di Pulau Kalimantan

Sifat gotong royong dan kebersamaan dalam mengelola hasil alam menjadi ciri khas yang masih dipertahankan oleh Suku Akit hingga saat ini.

Dengan segala keunikan dan kekayaannya, Suku Akit menjadi bagian penting dari keragaman budaya Indonesia yang patut kita hargai dan lestarikan. 

Keberadaan mereka tidak hanya memberikan warna dalam kehidupan sosial di Riau, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya dari generasi ke generasi.

BACA JUGA BERITA:

Museum Sasmitaloka: Warisan Sejarah yang Menjadi Tempat Kediaman Jenderal Sudirman 

Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah tempat bersejarah yang dahulunya merupakan kediaman seorang pejabat keuangan bernama Tuan Wijnschenk di Pura Pakualaman. 

Dibangun pada tahun 1890, bangunan ini mengalami berbagai perubahan fungsi selama masa pendudukan Jepang dan periode setelah kemerdekaan Indonesia. 

Pada masa pendudukan Jepang, bangunan ini sempat dikosongkan dan perabotnya disita, kemudian memiliki peran penting setelah Indonesia merdeka.

BACA JUGA:Mengenal Kehidupan Suku Laut, Berbulan-bulan Hidup di Perahu!

Peran Penting Setelah Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, bangunan ini digunakan sebagai markas militer. Awalnya, bangunan ini menjadi Markas Kompi ‘Tukul’ Batalyon Letkol Soeharto. 

Pada tanggal 18 Desember 1945 hingga 19 Desember 1948, bangunan tersebut menjadi kediaman resmi Jenderal Sudirman setelah beliau dilantik dan mendapat jabatan menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat.

Selama Perang Kemerdekaan dan Agresi Militer Belanda II, tempat ini juga berfungsi sebagai Markas Informasi voor Geheimen Brigade T tentara Belanda.

Kemudian pada tanggal 27 Desember 1949, bangunan ini difungsikan sebagai Markas Komando Militer Yogyakarta. 

Sumber: