Eksplorasi Sejarah Jalan Braga: Destinasi Wisata yang Sarat Makna di Bandung
Sejarah Jalan Braga-Kolase by Pagaralampos.com-net
Mereka diterima oleh Datuk Empang Kelapahan dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Karena merasa keberatan, mereka mengadakan negosiasi dan akhirnya sepakat untuk pindah ke Pulau Tujuh.
BACA JUGA:Inilah 5 Tradisi Unik Berbagai Suku di Indonesia, Antara Keunikan dan Kontroversi
Kehidupan yang Bergantung dengan Alam
Sejak zaman dahulu, Suku Akit sangat bergantung dengan alam.
Mereka hidup dengan berburu, melaut, beternak dan memiliki industri rumahan untuk membuat kerajinan tangan seperti tikar dari daun rumbia.
Mata pencaharian mayoritas Suku Akit berasal dari sektor laut, di mana mereka bekerja sebagai nelayan menggunakan kapal motor atau sampan.
Di sektor pertanian, mereka menanam padi yang seluruh hasil panennya dikonsumsi sendiri, meskipun petak lahannya tidak begitu besar.
Bahasa Akit
Suku Akit memiliki bahasa sendiri yang menggunakan dialek Akit, atau disebut juga bahasa Akit. Bahasa ini masih berdekatan dengan bahasa Melayu.
Namun, seiring berjalannya waktu dan pergeseran zaman, bahasa Akit terpapar oleh kebahasaan yang berbeda pula.
Meski demikian, bahasa Akit masih bisa bertahan sampai sekarang sebagai produk budaya yang bersifat fleksibel dan dinamis.
Menurut situs kemdikbud.go.id, saat ini penutur bahasa Akit tersebar di beberapa wilayah, dan pemerintah terus mengupayakan untuk mempertahankan dan melestarikan bahasa ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
