Pemkot PGA

Dibalik Lukisan Cantik Dinasti Ming, Tergores Kisah Pilu Perempuan Tiongkok

Dibalik Lukisan Cantik Dinasti Ming, Tergores Kisah Pilu Perempuan Tiongkok

Foto : Kisah dibalik lukisan Tiongkok.-Dibalik Lukisan Cantik Dinasti Ming, Tergores Kisah Pilu Perempuan Tiongkok-National geographic

BACA JUGA:Bikin Geger Dunia, 15 Telur Dinosaurus dari Periode Cretaceous Ditemukan di Tiongkok

Melalui analisis terhadap lukisan-lukisan sebelumnya, terlihat bahwa perempuan yang digambarkan itu persis seperti yang dikatakan Mary H. Fong, yaitu harus dieksekusi.

Oleh karena itu, perempuan terlihat dalam lukisan yang dihasilkan oleh laki-laki karena mereka bertindak sesuai dengan aturan laki-laki pada masa Dinasti Ming," bebera mereka.

Inilah sebabnya mengapa perlu memahami realitas berbagai kesulitan gender perempuan selama periode Dinasti Ming. Bukan sekadar melihat lukisan berupa wanita cantik di atas kanvas.

Para peneliti menjabarkan bahwa perempuan Tiongkok diharuskan untuk tetap suci sampai dia menikah. Orang Tionghoa tidak percaya pernikahan karena ada cinta atau ikatan yang kuat.

BACA JUGA:Kisah Kaisar Qin Shi Huangdi, Ideologinya Membentuk Tiongkok Bersatu, Terciptanya The Great Wall

Sebaliknya, pernikahan justru dilakukan untuk menaikkan status dan menyatukan nama kedua keluarga, dengan tujuan agar setiap orang yang terlibat mendapat manfaat.

Manfaat ini diharapkan dapat meningkatkan status sosial keluarga, prospek keuangan, dan pertumbuhan garis keturunan keluarga.

Bentuk perkawinan seperti ini tidak menguntungkan perempuan Tiongkok. “Bagi perempuan, perkawinan feodal adalah belenggu di mana mereka hanya bisa mengharapkan nasib yang tidak bisa ditebak.

Namun, cinta itu romantis dan indah, dan perempuan yang terjebak dalam belenggu pernikahan tetap dipenuhi kerinduan akan nikmatnya cinta."

BACA JUGA:Kisah Keperkasaan Beifu, Porter Teh Tiongkok Memanggul Beban Seukuran Lemari Es

Namun hal itu tidak akan perempuan Tiongkok dapatkan selama suami hasil perjodohan itu ada ataupun tidak. Karena bahkan setelah suaminya meninggal, perempuan Tiongkok harus tetap menjadi janda dan menjaga kesucian barunya.

Para peneliti mencatat, Dinasti Ming memiliki tingkat bunuh diri tertinggi dalam sejarah Tiongkok karena keinginan besar seorang janda untuk mematuhi hukum kesucian.

Wanita pada masa Dinasti Ming tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam aktualisasi diri jika mereka ingin bertahan hidup dalam masyarakat feodal dan pernikahan terikat. (*)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait