Diet Intermiten untuk Remaja: Manfaat atau Ancaman bagi Kesehatan?

Diet Intermiten untuk Remaja: Manfaat atau Ancaman bagi Kesehatan?-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Diet puasa intermiten semakin populer sebagai metode untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan metabolisme.
Meski memiliki banyak manfaat, para peneliti memperingatkan bahwa pola makan ini bisa berdampak negatif pada remaja.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat mengganggu proses pertumbuhan dan produksi insulin pada remaja, yang penting untuk kesehatan jangka panjang.
Metode ini melibatkan pergantian antara periode makan dan puasa, yang terbukti mendukung kesehatan jantung, mengurangi berat badan, dan membantu mencegah diabetes.
BACA JUGA:Buah Markisa dan Segudang Manfaatnya untuk Kesehatan Tubuh!
BACA JUGA:Manjakani untuk Kesehatan Tubuh, Benarkah Ampuh? Ini Jawabannya!
Namun, dampaknya pada remaja belum sepenuhnya dipahami, sehingga menimbulkan kekhawatiran.
Dalam studi yang dilakukan pada tikus, ditemukan bahwa puasa intermiten jangka panjang mengurangi produksi insulin pada tikus muda, menyerupai gejala awal diabetes tipe 1.
Tikus muda yang menjalani puasa selama 10 minggu mengalami penurunan signifikan dalam produksi insulin.
Sebaliknya, tikus yang lebih tua justru menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin, yang bermanfaat untuk mencegah diabetes tipe 2.
BACA JUGA:Menyelami Berbagai Manfaat Granola untuk Kesehatan Tubuh!
BACA JUGA:Waspada, Ini 5 Efek Samping Vape Bagi Kesehatan Tubuh!
BACA JUGA:Ada Banyak Manfaat Cuka Apel untuk Kesehatan Tubuh yang masih Jarang Diketahui!
Menurut Leonardo Matta, peneliti utama studi ini, hasil tersebut mengejutkan karena puasa intermiten umumnya dianggap mendukung kesehatan sel beta penghasil insulin.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa sel beta pada tikus muda belum matang sepenuhnya, sehingga lebih rentan terhadap dampak puasa berkepanjangan. Sebaliknya, tikus yang lebih tua, dengan sel beta yang sudah matang, tidak mengalami masalah serupa.
Para peneliti menyarankan bahwa durasi puasa yang lebih singkat, sekitar 5 minggu, mungkin lebih aman untuk remaja.
Mereka menekankan pentingnya mengatur durasi dan frekuensi puasa agar manfaatnya bisa dirasakan tanpa meningkatkan risiko gangguan metabolisme.
BACA JUGA:Agar Kesehatan Tubuh tetap Terjaga, Ada Beragam Pilihan Minyak yang Sehat untuk Memasak!
BACA JUGA:10 Dampak Negatif Merokok Untuk Kesehatan Tubuh!
Profesor Stephan Herzig dari Universitas Teknik Munich menyatakan bahwa meskipun puasa intermiten bermanfaat bagi orang dewasa, remaja dan anak-anak harus lebih berhati-hati dalam mengadopsi pola makan ini.
Dengan memahami risikonya, orang tua dan remaja dapat membuat keputusan yang lebih bijak demi menjaga kesehatan tubuh dan proses tumbuh kembang yang optimal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: