Apa yang Mendorong Raden Mas Said Melakukan Serangan Bertubi-tubi? Ternyata Ini Alasannya!
Raden Mas Said-Kolase by pagaralampos.com-Net
Sebelumnya, Mangkubumi telah berusaha menyerang Ponorogo untuk mengusir VOC Belanda namun menemui kegagalan.
Pertemuan antara kedua pemimpin ini menandai awal dari sebuah koalisi strategis yang kemudian mengubah arah perjuangan mereka.
Setelah pertemuan ini, kedua pasukan menyatukan kekuatan mereka dan melanjutkan serangan ke utara Gunung Lawu melalui Jogorogo, yang kini termasuk dalam wilayah Ngawi.
Serangan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yang sebelumnya tidak berhasil, akhirnya berhasil pada serangan keempat.
BACA JUGA:Mengejutkan! Inilah Alasan Majapahit Gagal Menaklukkan Kerajaan Padjajaran
Keberhasilan ini tidak hanya menandai kemenangan militer, tetapi juga mempengaruhi struktur kekuasaan di Ponorogo.
Setelah menguasai Ponorogo, Pangeran Sambernyawa melakukan langkah-langkah penting dengan menunjuk bupati dan jajaran penguasa baru untuk daerah tersebut.
Namun, sebenarnya hak untuk menentukan pengangkatan pejabat di Ponorogo adalah milik Pangeran Mangkubumi, yang dianggap sebagai tokoh yang lebih senior dan dihormati. Ketegangan muncul ketika Mangkubumi membatalkan pengangkatan yang telah dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa.
Di Ponorogo, cerita rakyat mulai berkembang mengenai perselisihan antara kedua pemimpin ini.
BACA JUGA:Kebangkitan Kerajaan Majapahit di Era Ratu Tribhuwana: Kepemimpinan dan Kejayaan
Salah satu narasi yang terkenal adalah mengenai ketidakpuasan Pangeran Mangkubumi terhadap Pangeran Sambernyawa.
Menurut cerita rakyat, perselisihan itu muncul karena Pangeran Sambernyawa tidak menawarkan dua perempuan atau penari bedaya yang ditangkapnya di Ponorogo, yaitu Ismoyowati atau Pun Saripi dan Marioněng atau Pun Sampět, kepada ayah mertua Mangkubumi sebagai tanda hormat.
Cerita rakyat ini mencerminkan kompleksitas hubungan antara para pemimpin dan bagaimana faktor-faktor personal dapat mempengaruhi dinamika politik dan militer pada masa itu.
Perselisihan ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan personal dan simbol-simbol penghormatan dalam konteks perjuangan politik dan militer di Indonesia pada abad ke-18.
BACA JUGA:Kebangkitan Kerajaan Majapahit di Era Ratu Tribhuwana: Kepemimpinan dan Kejayaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: