Menyingkap Sejarah Suku Lintang: Kontribusi dan Dampaknya di Sumatera Selatan
Menyingkap Sejarah Suku Lintang: Kontribusi dan Dampaknya di Sumatera Selatan-Foto: net-
BACA JUGA:Mengenal 11 Bangunan Tua Paling Bersejarah di Indonesia!
Misalnya, Kaisar Tiongkok sering menggunakan naga untuk menunjukkan kesaktiannya.
Gambaran paling awal tentang naga dalam budaya Tiongkok muncul pada era Xinglongwa (6200-5400 SM).
Sedangkan gambar tradisional naga kemudian berubah bentuk dan diperkuat pada masa Dinasti Shang (1766-1122 SM) dan Zhou (1046 SM– 256 SM).
Konsep naga Tiongkok terkenal dihadirkan melalui “Raja Naga Empat Lautan”. Setiap Raja Naga terhubung dengan warna dan perairan tertentu.
BACA JUGA:Catatan Sejarah, Begini Silsilah Raja Pajajaran, Kerajaan Tangguh Tak Mampu Dihancurkan Majapahit
Misalnya, Naga Biru melambangkan timur dan musim semi, Naga Merah melambangkan selatan dan musim panas.
Naga Hitam melambangkan utara dan musim dingin, dan Naga Putih melambangkan barat dan musim gugur.
Terakhir, Naga Kuning dianggap sebagai hewan perwujudan Kaisar Kuning.
4. Naga di Jepang dan Korea
Naga adalah tokoh legendaris dalam cerita rakyat dan mitologi Jepang.
BACA JUGA:Mengenal Masjid Tua Tondon, Jejak Sejarah Islam di Kabupaten Enrekang
Asal usul mereka merupakan campuran dari legenda dan mitos asli yang diimpor dari budaya Asia lainnya, khususnya Tiongkok.
Sejumlah cerita naga asli di Jepang, seperti Kojiki dan Nihongi, muncul pada akhir abad ke-7 Masehi.
Naga Tiongkok sangat mempengaruhi kemunculan naga Jepang.
Mereka adalah makhluk ular besar dengan kaki cakar. Makhluk-makhluk ini biasanya diasosiasikan dengan perairan, curah hujan, dan dewa air.
BACA JUGA:Catatan Sejarah, Begini Silsilah Raja Pajajaran, Kerajaan Tangguh Tak Mampu Dihancurkan Majapahit
Seperti halnya Jepang, mitologi naga Korea banyak mengambil pengaruh dari Tiongkok.
Namun, berbeda dengan tradisi rakyat Eropa, naga Korea adalah makhluk baik hati yang berhubungan dengan air dan pertanian.
Dalam legenda Korea, naga sering digambarkan sebagai makhluk yang sadar dengan emosi dan merupakan pelindung negara.
Legenda Raja Munmu yang ingin menjadi naga Laut Timur untuk melindungi Korea adalah contoh yang terkenal.
BACA JUGA:Peperangan Terpanjang dalam Sejarah Dunia. Ada yang Sampai 8 Abad?
5. Naga Eropa
Naga memainkan peran penting dalam mitologi Yunani kuno, menggambarkan mereka sebagai ular besar dengan kemampuan meludah atau menghirup racun.
Kata “naga” berasal dari kata Yunani “drakōn”, yang berasal dari kata Latin “draco”, yang berarti ular besar dan menyempit.
Orang Yunani kuno menulis tentang beberapa makhluk mirip ular termasuk Typhon, Ladon, Hydra, dan naga Colchian, yang dimaksudkan untuk menimbulkan ketakutan di hati para pahlawan besar.
Mitologi Jerman juga menggambarkan naga, yang dikenal sebagai “cacing”, sebagai ular besar berbisa, dengan sayap seperti kelelawar.
BACA JUGA:Wajib Kamu Ketahui, Di Indonesia Ternyata Terdapat Bangunan Paling Bersejarah dan Diakui UNESCO!
Namun, perbedaan antara naga Jerman dan ular biasa sering kali kabur pada penggambaran awal, keduanya disebut sebagai “ormr” dalam mitologi Nordik atau “wyrm” dalam bahasa Inggris Kuno.
Evolusi cacing tak bersayap menjadi naga terbang berkaki empat kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh negara-negara Eropa lainnya, yang difasilitasi oleh Kristenisasi wilayah tersebut pada tahun-tahun berikutnya.
6. Naga dalam Suku Aztec dan Maya
Lebih jauh ke selatan, di antara peradaban Aztec dan Maya, penggambaran naga sebagai ular berbulu ada di mana-mana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: