Mengenal Lebih Dalam Suku Pasemah! Etnis Yang Mendiami Sekitaran Gunung Dempo Sumsel dan Bengkulu

Mengenal Lebih Dalam Suku Pasemah! Etnis Yang Mendiami Sekitaran Gunung Dempo Sumsel dan Bengkulu

Mengenal Lebih Dalam Suku Pasemah! Etnis Yang Mendiami Sekitaran Gunung Dempo Sumsel dan Bengkulu-foto: kolase pagaralampos.com-

Bahasa yang digunakan oleh suku Pasemah adalah bahasa Austronesia yang termasuk dalam rumpun bahasa Melayu.

Bahasa ini memiliki ciri khas yang mirip dengan bahasa Melayu lainnya, terutama dalam hal pengubahan huruf “a” di akhir kata menjadi huruf “e”.

BACA JUGA:Bagaimana Rumah Adat Suku Batin Jambi Tetap Bertahan? Mengupas Warisan Warisan Budaya di Kampung Lamo

BACA JUGA:Mengapa Suku Lom di Pulau Bangka Perlu Dilindungi? Ternyata Ini Alasannya!

Bahasa ini tidak hanya digunakan di wilayah Sumatera Selatan tetapi juga di Bengkulu, mencerminkan jalinan budaya yang erat antara kedua wilayah tersebut.

Salah satu kekayaan budaya suku Pasemah adalah Tari Kebagh, yang sebelumnya dikenal sebagai Tari Semban Bidodari.

Tari ini merupakan tarian sakral dengan gerakan membuka kedua tangan yang melambangkan sayap.

Tari Kebagh biasanya dipertunjukkan untuk menyambut tamu terhormat dalam upacara adat.

BACA JUGA:Bagaimana Sejarah Suku Banyuasin Terbentuk? Begini Kisahnya!

BACA JUGA:Apa Saja Ragam Budaya Suku Melayu Deli Saat Ini? Simak Detailnya Disini!

Tarian ini bisa dilakukan secara massal atau dalam jumlah yang tidak terbatas.

Nama “Kebagh” dalam bahasa Basemah berarti mengebarkan sayap, sementara “semban bidodari” merujuk pada selendang besar yang dikenakan oleh penari.

Tari Kebagh sempat dilarang selama masa kolonial Belanda hingga awal 1900-an.

Namun, setelah Indonesia merdeka, tari ini mendapat pengakuan dari Presiden Soekarno, yang menyaksikannya selama kunjungan ke Pagar Alam.

BACA JUGA:Sinopsis Orang Kaya Baru, Kisah Keluarga Miskin yang Mendadak Tajir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: