Sejatinya Sosok Sailendra: Penguasa Jawa atau Sriwijaya

Sejatinya Sosok Sailendra: Penguasa Jawa atau Sriwijaya

Foto : Prasasti peninggalan Sriwijaya-Sejatinya Sosok Sailendra: Penguasa Jawa atau Sriwijaya-National geographic

Samaratunga meninggal dan Pikatan naik takhta." Balaputradeva juga merasakan keadilan, jadi dia melawan adik iparnya Pikatan,'' kata Bambang menafsirkan berbagai isi prasasti.

BACA JUGA:Sejarah Hubungan Khalifah Ummayah dengan Istana Sriwijaya, Terjalin Sejak Abad ke-8

“Balaputladewa kalah perang dan merantau ke Sumatera. Ibunya adalah keturunan Raja Sriwijaya, sehingga Balaputladewa bisa naik takhta di Sriwijaya,” jelasnya.

Satu Wngsa

Para sarjana pernah meyakini bahwa ada dua dinasti di Jawa: Sanjaya dan Sailendra. Hal tersebut merujuk pada penelitian ilmuwan asing FH van Naerssen, Bosch, George Coedes, WF Stutterheim, dan JG de Casparis.

Penyebabnya adalah perbedaan agama para raja. Dinasti Sanjaya beragama Hindu, sedangkan Dinasti Sailendra beragama Budha. Pengaruh ini juga disebabkan oleh nama raja yang tertulis pada prasasti Manchasi (balitung).

Istilah Dinasti Sanjaya diperkenalkan oleh W. F. Stutterheim pada tahun 1927. Ia membuat daftar raja-raja Mataram dari Sanjaya hingga Balitung.

BACA JUGA:Menguak Sejarah: Invasi Kerajaan Chola dan Kejatuhan Sriwijaya

Namun ahli epigrafi utama Indonesia, yaitu Poer Bajaraka dan Boecari, telah melakukan revisi sejak tahun 1950an, meski jelas tidak begitu diingat.

Pak Poerbatjaraka mengatakan bahwa raja-raja Sailendra awalnya menganut agama Hindu Siwa kemudian berpindah agama menjadi Budha. Ia mencontohkan isi Kalita Parahyangan, naskah kuno Sunda.

Pada suatu ketika, ada seorang laki-laki bernama Sanjaya. Ia memerintahkan putranya Panaraban atau Tamperan untuk mengubah ajarannya. Karena ajaran yang dianutnya ditakuti oleh semua orang.

Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya diidentikkan dengan Rakai Sanjaya dalam prasasti Changgar (732) di candi Gunung Ukir di Kabupaten Magelang. Panaraban atau dikenal dengan nama Tamperan kini tengah diibaratkan dengan Rakai Panamkaran.

BACA JUGA:Jejak Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Masih Mengubur Harta Karun

Apakah Boechari juga menulis tentang dinasti pertama dan kedua di Mataram kuno? “Artinya orang yang memerintah sebagai seorang kaisar,” kata Boechari.

Mataram Kuno terdiri dari daerah otonom di bawah Lakarayan (Rakai) atau Pangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: