Nil Karunia Mesir, Misteri Sumber Air Sungai Terbentang Selama 3.000 Tahun

Nil Karunia Mesir, Misteri Sumber Air Sungai Terbentang Selama 3.000 Tahun

Nil Karunia Mesir, Misteri Sumber Air Sungai Terbentang Selama 3.000 Tahun-Foto: net-

BACA JUGA:Menggali Warisan Sejarah, Mengungkap Peran Arya Wiraraja dalam Lamajang Tigang Juru

Tetapi Sungai Nil Putih lebih panjang, dan sumbernya selalu kurang dipahami karena mengalir dari pedalaman yang lebih dalam.

Sebagian besar ekspedisi abad ke-19 yang terkenal berfokus pada upaya menemukan sumber air Sungai Nil Putih. Pencarian sumber air Nil Putih adalah misi yang melibatkan orang lebih banyak.

Penjelajah Inggris bernama Richard Francis Burton melakukan ekspedisi mencari sumber air Sungai Nil Putih. Burton adalah salah satu orang Eropa pertama yang mengunjungi Mekkah dengan menyamar sebagai Pashtun.

Burton konon bisa berbicara dalam lusinan bahasa, yang kemudian dia gunakan untuk menerjemahkan edisi 16 jilid buku Seribu Satu Malam (sering dikenal sebagai The Arabian Nights) dan edisi tanpa sensor dari Kama Sutra dan The Perfumed Garden ke dalam bahasa Inggris.

BACA JUGA:Sejarah Dinasti Abbasiyah Kembangkan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban

BACA JUGA:Eksplorasi Kota Muslim Kuno di Ethiopia: Menyelami Sejarah Awal Islam di Benua Afrika

Upaya pertama Burton untuk menemukan sumber Nil Putih diikuti oleh John Hanning Speke, seorang naturalis, penjelajah, dan perwira di British Indian Army.

Pada tahun 1855, mereka berangkat dengan dukungan Royal Geographic Society (RGS) dan mempekerjakan banyak pembawa barang, pemandu, juru masak, dan penerjemah Afrika.

Mereka nyaris tidak berhasil di lepas pantai dekat Berbera di Somaliland ketika mereka diserang oleh penduduk setempat. Speke ditangkap dan terluka sebentar sebelum melarikan diri, sementara Burton ditusuk di kedua pipinya.

Mereka kembali, dan legenda ekspedisi pertama mereka tumbuh di Inggris, meskipun mereka gagal. Mereka kemudian memulai perjalanan lain yang disponsori RGS pada tahun 1856, dan serupa dengan perjalanan pertama, "tidak dimulai dengan baik," ucap Thompsell.

BACA JUGA:Kehidupan dan Kehancuran: Kisah Kerajaan Buleleng dalam Sejarah Bali

BACA JUGA:Mengupas Sejarah, Talut dan Umpak sebagai Pondasi Kokoh Bangunan Era Majapahit

Baik Burton dan Speke menderita malaria dan penyakit lainnya akibat ekspedisi tersebut. Selain itu, banyak dari staf sewaan mereka yang meninggalkan mereka.

Meski demikian, tim mereka tetap melaju hingga ke Danau Tanganyika. Burton adalah orang Eropa pertama yang melihat danau itu, karena Speke sempat mengalami kebutaan sementara pada saat mencapai danau tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: