Bea Cukai Bersama BPOM Membakar 2.564 Roti Milk Bun Thailand di Bandara Soekarno-Hatta, Ini Penyebabnya?
Bea Cukai Bersama BPOM Membakar 2.564 Roti Milk Bun Thailand di Bandara Soekarno-Hatta, Ini Penyebabnya?--
BACA JUGA:Siapa Bilang Saat Haid Tidak Boleh Mendaki Gunung? Ini Tips Aman Mendaki Saat Sedang Datang Bulan
Menurutnya, dukungan ini tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri, tetapi juga memastikan konsumsi masyarakat aman dan berkualitas.
Mengapa Roti Milk Bun Asal Thailand Harus Dimusnahkan di Bandara Soekarno-Hatta?
Bandara Soekarno-Hatta baru-baru ini menjadi saksi dari aksi pemusnahan besar-besaran oleh Bea Cukai bersama BPOM.
Kedua lembaga ini menghancurkan 2.564 roti milk bun yang berasal dari Thailand, dengan nilai mencapai Rp 400 juta.
BACA JUGA:Kudu Dikepoin, Makanan Khas Sumatera Selatan Ternyata Miliki Sejarahnya Tersendiri!
Tindakan ini dilakukan sebagai hasil dari 33 penindakan terhadap barang bawaan penumpang pada bulan Februari 2024.
Kepala Kantor Bea Cukai Soekarno-Hatta, Gatot Sugeng Wibowo, menjelaskan bahwa tindakan ini dilakukan karena jumlah barang bawaan penumpang tersebut melebihi batas yang diatur oleh Peraturan BPOM.
Menurut peraturan tersebut, setiap penumpang hanya diizinkan membawa maksimum 5 kilogram olahan pangan, dengan izin dari BPOM.
Dari penindakan yang dilakukan, setiap penumpang rata-rata membawa puluhan hingga ratusan buah roti milk bun dalam berbagai varian.
BACA JUGA:Mengungkap Tabir Misteri Situs Gunung Padang, Inilah 4 Fakta Yang Kontroversi
Gatot menegaskan bahwa jumlah ini tidak masuk akal untuk konsumsi pribadi, dan dugaan kuatnya adalah untuk tujuan komersial atau jasa titipan (Jastip).
Selain itu, penumpang juga tidak memiliki izin edar BPOM, yang menjadi syarat untuk membawa barang-barang tersebut.
Langkah pemusnahan ini dianggap penting dalam meminimalisir peredaran barang tanpa izin edar BPOM di masyarakat.
Selain itu, langkah ini juga diharapkan dapat mendukung industri makanan dalam negeri, sehingga produk-produk dalam negeri tidak tergerus oleh produk-produk impor yang serupa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: