Banyak yang Belum Tau! Ternyata Begini Hubungan Kerajaan Majapahit dan Sumatera Selatan, Yuk Simak

Banyak yang Belum Tau! Ternyata Begini Hubungan Kerajaan Majapahit dan Sumatera Selatan, Yuk Simak

Banyak yang Belum Tau! Ternyata Begini Hubungan Kerajaan Majapahit dan Sumatera Selatan, Yuk Simak--

BACA JUGA:Silsilah Kerajaan Majapahit Dan Pajajaran, Ternyata Begini Kisah Kedua Kerajaan Besar Di Indonesia Ini!

Selain Pararaton, sumber sejarah lain yang menyebutkan hubungan antara kerajaan Majapahit dan Sumatera Selatan adalah Nagarakretagama, sebuah puisi epik yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi. 

Dalam puisi ini, disebutkan bahwa Hayam Wuruk, raja Majapahit, melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Nusantara, termasuk Sumatera Selatan. Sumatera Selatan disebut dengan nama Malayu dalam puisi ini.

Dalam perjalanan ke Sumatera Selatan, Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada dan beberapa pejabat lainnya. 

Mereka berlayar dari pelabuhan Canggu di Jawa Timur menuju pelabuhan Palembang di Sumatera Selatan. 

BACA JUGA:Sejarah Kapal Laut Terkuat Di Nusantara, Inilah Kapal Jung Majapahit!

Di Palembang, mereka disambut oleh raja Malayu, yang memberikan penghormatan dan upeti kepada Hayam Wuruk. 

Hayam Wuruk juga mengunjungi beberapa tempat di Sumatera Selatan, seperti Muara Enim, Muara Kelingi, dan Muara Jambi.

Hubungan antara kerajaan Majapahit dan Sumatera Selatan tidak hanya bersifat politik dan militer, tetapi juga budaya dan agama. 

Banyak penduduk Sumatera Selatan yang menganut agama Hindu-Buddha, yang merupakan agama resmi kerajaan Majapahit. 

BACA JUGA:Inilah Silsilah Raja Kesultanan Demak Yang Manghancurkan Kejayaan Majapahit, Mengapa Kerajaan Islam Itu Runtuh

Banyak pula peninggalan arkeologis yang menunjukkan pengaruh Majapahit di Sumatera Selatan, seperti candi, prasasti, arca, dan mata uang.

Salah satu contoh peninggalan arkeologis yang paling terkenal adalah Candi Muara Takus, yang terletak di Kabupaten Kampar, Riau. 

Candi ini diduga dibangun pada abad ke-11 atau ke-12 Masehi, ketika Sumatera Selatan masih berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. 

Namun, candi ini juga mengalami perubahan dan perbaikan pada masa Majapahit, yang ditunjukkan oleh adanya prasasti yang bertarikh tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: