Sungai Musi, Inilah 4 Suku dalam Arus Sejarah Masyarakat China di Sumatera Selatan, Cus di Baca
Reporter:
Almi|
Editor:
Almi|
Senin 18-12-2023,09:25 WIB
Suku Sumsel Ini Keturunan Orang Cina-tangkapan layar-Kompasiana.com
PAGARALAMPOS.COM - Migrasi dan Keanekaragaman Suku, Sejarah Keturunan China di Palembang
Palembang, dikenal dengan pesona Sungai Musi dan Jembatan Amperanya, memiliki sejarah yang kaya akan migrasi dan percampuran budaya.
Tidak ada catatan sejarah pasti kapan Bangsa China pertama kali datang dan membaur di kota ini.
Namun, catatan sejarah lain mengindikasikan bahwa kehadiran masyarakat Tionghoa mulai signifikan pada masa Kesultanan Palembang Darusalam.
Kehadiran mereka di Palembang tidak hanya terbatas pada satu alasan, tetapi melibatkan hubungan dagang, politik, dan migrasi besar-besaran dari China.
Migrasi masyarakat Tionghoa ke Nusantara dan Palembang, khususnya, terjadi karena sejumlah faktor.
Pertama, terkait dengan peristiwa sejarah seperti perpindahan kekuasaan dari Dinasti Ming ke Dinasti Manchu di China.
Kedua, adanya ketidakpuasan terhadap pemerintahan Mongol di China Selatan. Ketiga, masalah ekonomi dan kemiskinan juga mendorong migrasi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Puncak migrasi terjadi pada tahun 1850-1860 selama Perang Candu.
Konflik ini memaksa banyak orang Tionghoa untuk meninggalkan tanah air mereka dan mencari perlindungan serta peluang baru di Nusantara, termasuk Palembang.
Sebagai hasil dari migrasi ini, masyarakat Tionghoa di Palembang memiliki akar yang sama dengan komunitas Tionghoa di seluruh Nusantara.
Mereka membawa kekayaan budaya dan sejarahnya, yang tetap terlihat dalam keragaman etnis dan budaya Sumatera Selatan.
Provinsi Sumatera Selatan sendiri memiliki beragam suku dan etnis, termasuk Suku Komering, Suku Palembang, Suku Lintang, dan Suku Pasemah.
Suku-suku ini hidup berdampingan, menciptakan mozaik budaya yang unik dan menarik.
Suku Palembang, misalnya, merupakan hasil dari percampuran suku Arab, Cina, Jawa, dan kelompok etnis lainnya.
Migrasi orang Tionghoa yang menetap di sepanjang Sungai Musi membawa pengaruh besar terhadap kebudayaan lokal.
Model arsitektur rumah Limas yang khas dan bahasa Baso Palembang Alus dan Baso Palembang Sari-Sari adalah bukti dari perpaduan budaya ini.
Melalui keberagaman etnis dan suku di Sumatera Selatan, terutama di Palembang, kita dapat melihat warisan migrasi masyarakat Tionghoa dan dampaknya yang positif terhadap perkembangan sejarah dan budaya lokal.
Akar-akar ini membentuk bagian penting dari kekayaan dan identitas Provinsi Sumatera Selatan.
Sebuah cerminan harmoni dalam perbedaan, masyarakat di sini hidup bersama dalam keberagaman dan saling menghargai warisan budaya yang mereka bawa.
Palembang, dengan Sungai Musi dan Jembatan Amperanya, memiliki sejarah migrasi yang kaya dari masyarakat Tionghoa.
Kedatangan mereka, yang dapat ditelusuri sejak runtuhnya Kerajaan Sriwijaya hingga masa Kesultanan Palembang Darusalam, membentuk keanekaragaman budaya yang mencirikan Sumatera Selatan.
Faktor-faktor seperti hubungan dagang, politik, serta peristiwa sejarah di China, seperti perpindahan kekuasaan antar dinasti, dan masalah ekonomi memainkan peran penting dalam migrasi ini.
Perang Candu pada tahun 1850-1860 menjadi puncak migrasi, membawa pengaruh signifikan terhadap masyarakat Palembang.
Masyarakat Tionghoa di Palembang membawa kekayaan budaya mereka, menciptakan identitas yang unik dalam mosaik keberagaman Sumatera Selatan.
Suku-suku seperti Komering, Palembang, Lintang, dan Pasemah hidup berdampingan, menciptakan harmoni dalam perbedaan.
Kehadiran masyarakat Tionghoa tidak hanya memberikan warna pada sejarah lokal, tetapi juga meningkatkan kekayaan budaya dan identitas Sumatera Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: