Menyingkap Misteri Prasasti Kuno Kekaisaran Kushan di Asia Tengah yang Belum Terpecahkan
Menyingkap Misteri Prasasti Kuno Kekaisaran Kushan di Asia Tengah yang Belum Terpecahkan -Foto: net-
Salah satu warisan terpenting dari Kekaisaran Kushan yang perkasa adalah penyebaran agama Buddha di Asia Tengah dan Cina.
BACA JUGA:Loh! Kok Naik Haji Di Puncak Gunung? Begini Tradisi Unik di Gunung Bawakaraeng Sulawesi Selatan!
Mereka meninggalkan karya seni yang menakjubkan dan koleksi benteng yang mengesankan serta sistem penulisan yang tidak biasa ini.
Peneliti dapat menguraikan pesan menggunakan metode yang mirip dengan yang digunakan dengan Batu Rosetta.
Batu purba ini ditemukan pada tahun 196 SM. Ditulis pada 300 SM dan berisi pesanan dalam tiga bahasa:
Hieroglif Mesir Kuno, Skrip Demotik, dan Skrip Yunani. Karena para sarjana masih dapat memahami bahasa Yunani Kuno, Batu Rosetta menjadi kunci berharga untuk menguraikan hieroglif Mesir.
BACA JUGA:Beri Dukungan Moril Prajurit, Pangdam Tanjung Pura Masuk Zona Merah di Papua Tengah
Terobosan dalam pemahaman aksara Kushan yang tidak diketahui terjadi ketika para peneliti menemukan tentang Vema Takhtu.
Ini bukanlah sebuah kerajaan, Vema Takhtu adalah seorang raja dari Kekaisaran Kushan.
Ia adalah salah satu penguasa terkemuka dari dinasti Kushan yang berkuasa pada abad ke-1 Masehi. Ia dikenal karena mencapai keberhasilan militer dan politik yang signifikan.
Raja Vema Takhtu sering kali disebut “Raja Para Raja” dalam prasasti-prasasti dan dokumen-dokumen yang ditemukan.
BACA JUGA:Israel Siap Siagakan Merkava MK5 di Perbatasan Suriah
Meskipun tidak banyak informasi yang tersedia mengenai Vema Takhtu secara spesifik, namanya muncul dalam prasasti-prasasti dan teks-teks lain yang ditulis dalam bahasa Baktria dan aksara Kushan.
Penemuan dan pemahaman terhadap teks-teks ini telah membantu dalam mengidentifikasi dan memahami peran penting Vema Takhtu dalam sejarah Kekaisaran Kushan serta memecahkan beberapa misteri seputar aksara Kushan yang tidak diketahui.
Tujuan pasti dari pesan tersebut masih belum diketahui, tetapi para peneliti mengatakan pekerjaan mereka telah membantu menjelaskan sejarah linguistik yang gelap di bagian Asia Tengah ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: