Gereja Tertua Sumsel Bukan Di Kota Besar! Tapi Ada Di Kecamatan Ini, Cek Faktanya!

Gereja Tertua Sumsel Bukan Di Kota Besar! Tapi Ada Di Kecamatan Ini, Cek Faktanya!

Gereja Tertua Sumsel Bukan Di Kota Besar! Tapi Ada Di Kecamatan Ini, Cek Faktanya!-tangkapan layar-Youtube media sriwijaya

PAGARALAMPOS.COM - Gereja Tertua Sumsel Bukan Di Kota Besar! Tapi Ada Di Kecamatan Ini, Cek Faktanya disini.

Berada Dekat dengan Kota Pagar alam, Sumsel, Indonesia dan saat ini jumlah jemaat hanya sekitar 400 orang, tersebar di Tanjung Sakti Pumi dan Pumu Kabupaten lahat.

Gereja tertua di Sumsel ini ada menyimpan cerita tragedi pembantaian, namun Tanjung Sakti juga dikenal karena tingginya toleransi antar umat beragama.

Berdiri Sudah sejak zaman penjajahan hingga saat ini. Masyarakat di Tanjung Sakti saling menghargai dan menerima kehadiran umat agama lain, baik itu umat Katolik, umat Muslim, atau yang lainnya.

Berbagai peninggalan zaman penjajahan seperti piano, buku, dan makam-makam tua masih terawat dengan baik. Semangat toleransi dan kerukunan antar umat di Tanjung Sakti merupakan salah satu nilai luhur yang terus dijaga hingga sekarang. 

BACA JUGA:Dekat Pagar Alam, Gereja Santo Mikael di Tanjung Sakti, Saksi Bisu Perkembangan Agama Katolik di Sumsel!

Gereja Santo Mikael di Desa Pajar Bulan, Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat, menjadi saksi bisu perkembangan agama Katolik di Sumatera Selatan.

Dibangun pada 19 September 1898 oleh Pastor Jan Van Kamper SCJ, gereja ini telah berdiri kokoh selama lebih dari seratus tahun, dan tahun ini memperingati usianya yang ke-123.

Bangunan sederhana ini menjadi tempat yang sejuk dan sempurna untuk beribadah, serta menjadi salah satu gereja tertua se-Sumatera Selatan.

Tanjung Sakti juga dikenal sebagai pusat sejarah agama Katolik di Sumsel pada masa kolonial.

BACA JUGA:Gereja Santo Mikael di Tanjung Sakti, Saksi Bisu Perkembangan Agama Katolik di Sumatera Selatan!

Dua gereja tertua di Sumsel, di Desa Pajar Bulan dan Pagar Jati, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, masih berdiri megah dan belum banyak mengalami perubahan sejak didirikan pada tahun 1932.

Namun, di balik keindahan bangunan ini, tersimpan cerita pilu umat jemaat pada masa penjajahan Katolik Jepang.

Pada masa penjajahan Jepang, tentara Jepang menuduh jemaat Tanjung Sakti sebagai antek Bendala yang dulu menjajah Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: