Ngeri Berbalut Mistis, Tarian Cakalele di Sulawesi Utara Ini Bisa Membuat Terluka Sabetan Parang dan Tombak

Ngeri Berbalut Mistis, Tarian Cakalele di Sulawesi Utara Ini Bisa Membuat Terluka Sabetan Parang dan Tombak

Foto : Tarian Cakalele suku Minahasa di Sulawesi Utara bikin ngeri.--Google.com

Menurut adat, penari kabasaran harus berasal dari keturunan sesepuh penari kabasaran. Mereka juga memiliki senjata yang diwariskan dari para leluhur. Senjata inilah yang dipakai saat menari.

BACA JUGA:Suku Salawesi! Junjung Tinggi Nilai Keberagamanya, Ini 5 Tersebut

Untuk senajata khas suku Minahasa, disebut Pedang Bara Sangihe, konon pedang bergagang dua, juga bermata dua ini meruapakan senjata kesatria Minahasa.

Kemunculan tarian ini tak bisa dipisahkan perang berkepanjangan dan ancaman dari suku-suku lain yang berdekatan.

Untuk mempertahankan diri, leluhur orang Minahasa berusaha memperkuat diri dengan merekrut orang-orang kuat dan berbadan besar yang dilatih berperang dengan menggunakan pedang (santi) dan tombak (wengko).

Dikutip, Menurut Vivi Nansy Tumuju dalam “Simbol Verbal dan Nonverbal Tarian Kabasaran dalam Budaya Minahasa” di Jurnal Duta Budaya, No. 78-01 Tahun ke-48, Juni/Juli 2014, para kesatria harus menjadi penjaga desa (walak) yang harus siap siaga jika ada ancaman.

Semua gerakan tari berdasarkan komando atau aba-aba dari pemimpin tari yang disebut tombolu.

Yang dipilih sesuai kesepakatan para sesepuh adat. Tarian diiringi alat musik pukul seperti gong, tambur, atau kolintang.

Bahkan, dalam aksi tari Cakalele ini penari bisa terluka, karena kesalahan sendiri, yang dalam hal ini si penari kurang menguasai sembilan jurus memotong dengan pedang dan sembilan jurus tusukan tombak.

Salahsatu ritme tarian beristilah kemoyak, berasal dari kata “koyak” yang berarti mengayunkan senjata mengartikan membujuk roh musuh yang terbunuh dalam pertempuran agar bisa tenang. 

Menurut Jessy Wenas dalam Sejarah dan Kebudayaan Minahasa, dulu ini merupakan tarian membawa kepala manusia. Pada tarian ini para kabasaran membentuk lingkaran lalu menari mengelilingi kepala manusia yang diletakkan di tengah lingkaran

Penari, kesatria dimasanya leluhur sambil menyanyi lagu Koyak e waranei, lagu patriotik keprajuritan tradisional Minahasa tempo dulu. Soo, ngerikan. Penari bisa terluka, ada cerita mistisnya.

Beberapa kelompok tari masih merawat kesenian tradisional ini di sejumlah wilayah di Minahasa seperti Tombulu (Desa Kali, Desa Warembungan, Kota Tomohon), Tonsea (Desa Sawangan), Kota Tondano, dan Tontembuan (Desa Tareran).

Di Sulawesi Utara juga banyak jejak budaya yang masih menjadi tradisi hingga saat ini. Berikut ini ada 5 suku asli dan masih ada hubungan keluarga kerajaan.

BACA JUGA:Kapal Jung, Konon Pemersatu Nusantara, Benarkah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: