Tradisi Suku Besemah 'Pantauan Bunting' Perjamuan Untuk Menghormati Pengantin

Tradisi Suku Besemah 'Pantauan Bunting'  Perjamuan Untuk Menghormati Pengantin

Tradisi Pantauan Bunting Perjamuan untuk Menghormati Pengantin-pidi-pagaralampos.com

BACA JUGA:KEREN! Rumah Kaki Seribu Khas Suku Arfak

“Umumnya mantau bunting dilaksanakan saat hari bemasak (satu hari jelang resepsi),”tuturnya.

“Sebab, di hari itu, pengantin belum terlalu repot. Kalau dilaksanakan pada hari H, tentu akan repot,”katanya lagi. Mereka yang menggelar pantauan bunting  kemudian disebut mantau bunting

Orang yang mantau bunting lanjut Satar, biasanya harus mengajak pengantin untuk datang ke rumahnya. Di dalam rumah inilah, pengantin dijamu dengan berbagai macam makanan.

“Pengantin tidak datang sendiri. Mereka juga ditemani oleh bujang dan gadis ngantat,”imbuhnya.

BACA JUGA:Penyebaran Ajaran Islam di Pagar Alam Lewat 'Tadut', Perintah Sholat Dalam Syair Asli Suku Besemah

Di dalam rumah, pengantin serta bujang dan gadis ngantat dipersilahkan untuk mencicipi makanan yang disediakan oleh orang yang mantau bunting.

Sembari makan, yang empunya rumah menyempatkan diri untuk berbincang dengan pengantin.

“Makanya seperti yang saya bilang tadi. Dengan mantau bunting, seseorang bisa memperkenalkan diri sebagai bagian dari keluarga si pengantin. Nah, dari sini, pengantin akan tahu bahwa rumah yang didatangi itu adalah keluarganya,”bebernya.

Tentu yang didatangi pengantin serta para pengiringnya bukan satu dua rumah. Tapi sangat banyak. Menurut Satar, bila yang menggelar pantauan bunting jumlahnya banyak.

BACA JUGA:KEREN! Suku Ini Disebut Jadi Keturunan Majapahit

Maka dipastikan, pengantin akan kekenyangan. “Kadang karena sudah terlalu kenyang, pengantin tidak makan lagi. Tapi, karena demi menghormati tuan rumah, tetap saja mereka makan sedikit,”tutur Satar sembari tersenyum.

Pemerhati Budaya Besemah, Mady Lani mengatakan, Besemah memiliki banyak tradisi yang berkaitan dengan pernikahan. Karenanya pantauan bunting hanyalah satu dari sekian banyak tradisi itu.

“Ada yang disebut dengan ngulangi rasan dan nueghi rasan,”tuturnya beberapa waktu lalu. “Ini merupakan tradisi sebelum masuk ke jenjang pernikahan,”katanya lagi.

Ngulangi rasan ujar Mady menjelaskan, merupakan salahsatu tahapan menuju jenjang pernikahan. Adapun nueghi rasan, pihak keluarga bujang akan mengutus jurai tue atau wakilnya untuk beghawas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: